Love In The Rain
Selasa, 31 Desember 2013
Duabelas ketigabelas.
Pada angka satu: Bertatapan dengan hal yang tidak mungkin. Kemudian jatuh cinta.
Pada angka dua: Menjatuhkan diri pada asa setinggi angkasa. Menjulang jumawa.
Pada angka tiga: Terbang tingi, menikmati sunyi dari ketinggian.
Pada angka empat: Ketinggian membuatku enggan. Bosan.
Pada angka lima: Sekali lagi, memilih terjatuh. Ke bawah. Dasar.
Pada angka enam: Berhenti percaya. Pada (si)apapun.
Pada angka tujuh: Mulai merasa bahwa semuanya lucu. Dan bidak, tidak seharusnya tertawa.
Pada angka delapan:Tidak peduli dan tertawa.
Pada angka sembilan: Menyibukkan diri dengan hal-hal duniawi
Pada angka sepuluh: Mulai mencari Aku.
Pada angka sebelas: Kehilangan Aku.
Pada angka dua belas: Menemukan aku.
Paa angka duabelas ketigabelas
Sampai jumpa lagi.
Begini; dua belas.
Pada angka satu: Bertatapan dengan hal yang tidak mungkin. Kemudian jatuh cinta.
Pada angka dua: Menjatuhkan diri pada asa setinggi angkasa. Menjulang jumawa.
Pada angka tiga: Terbang tingi, menikmati sunyi dari ketinggian.
Pada angka empat: Ketinggian membuatku enggan. Bosan.
Pada angka lima: Sekali lagi, memilih terjatuh. Ke bawah. Dasar.
Pada angka enam: Berhenti percaya. Pada (si)apapun.
Pada angka tujuh: Mulai merasa bahwa semuanya lucu. Dan bidak, tidak seharusnya tertawa.
Pada angka delapan:Tidak peduli dan tertawa.
Pada angka sembilan: Menyibukkan diri dengan hal-hal duniawi
Pada angka sepuluh: Mulai mencari Aku.
Pada angka sebelas: Kehilangan Aku.
Pada angka dua belas: Menemukan aku.
Sampai jumpa lagi.
Sabtu, 21 Desember 2013
Mundur
karena alih-alih menemaniku menyembuhkan luka kau justru akan menambah memar dan lebam di sekujur tubuh yang terlanjur timpang ini.
menjauh sana,
sementara luka yang kupunya masih basah dan belum juga mau mengering takkan mampu kusembuhkan luka lain yang bukan kuperbuat.
jangan mendekat,
tidak akan penah kau menemukan segala apa yang kau cari selama aku sendiri masih hilang.
beri jarak,
agar tak sesak.
biarkan ada antara
agar yang sementara tak sia-sia
sisakan jeda
agar gemuruh dalam dada lekas mereda.
Purwokerto, 2013
Sabtu, 30 November 2013
Jawaban
Pada akhirnya aku hanya jatuh cinta
pada ketidaktahuanku,
Akan Mu.
Rabu, 27 November 2013
sementara
Aku punya satu mimpi yang belum kusampaikan
Sederhana saja
Aku ingin menjadi biasa
Jatuh cinta lalu bahagia
Tuhan memang maha bercanda
Dia memberiku jalan yang luar biasa
Menjadikanku seseorang yang tak mudah jatuh cinta
Lalu Ia memunculkan orang-orang istimewa
Yang mengetahui hatiku sekeras apa
Mereka melembutkannya dengan menghadirkan tawa
Tapi kemudian aku lupa Dia
Karena sedikit tawa aku terlena
Mengira semua akan baik-baik saja
Ternyata aku masih bukan siapa-siapa
Ternyata aku tidak bisa tidak apa-apa
Kamu bagaimana?
Sabtu, 23 November 2013
Jika Tiba Waktuku
Aku mungkin akan bertanya-tanya "kenapa harus aku?"
Kemudian mulai menertawai dosa-dosaku
Dan menghitung amal baik satu demi satu
Jika tiba waktuku
Aku mungkin hanya akan diam saja menunggu
Menghitung detak detik waktu
Menikmati degup yang tinggal satu-satu
Jika tiba waktuku
Seharusnya aku berlari memelukmu
Memberitahumu perihal rindu yang begitu menggebu
Mengatakan dengan yakin bahwa aku mencintaimu
Selalu.. Sejak dulu..
Maliq & D'Essentials - Janji
Kau bertahan dengan janjimu
Sedari senja menggulir malam
Berapa lama waktu ku tempuh
Ku masih menunggu
Ku masih menunggunya
Senyum aku dibalik nelangsa
Dulu kita punya satu rencana
Tentang dunia kita
Seolah begitu mudah percaya
Berujung indah
Manisnya janji-janji
Seiring fajar melepas malam
Sembari hari mengikat janji
Setulus hatimu yang ku tahu
Temukan aku tuk kau berlabuh
Ku masih menunggu
Ku masih menunggunya
Senyum aku dibalik nelangsa
Dulu kita punya satu rencana
Tentang dunia kita
Seolah begitu mudah percaya
Berujung indah
Manisnya janji-janji
Dulu kita punya satu rencana
Tentang dunia kita
Seolah begitu mudah percaya
Berujung indah
Manisnya janji
Dulu kita punya khayalan indah
Tentang dunia kita
Begitu terlena hingga tak bisa
Mewujudkannya
Manisnya janji-janji
Janji..
Ku masih menunggu
Ku masih menunggunya
Terimakasih maliq, atas lirik yang luar biasa. :)
Jumat, 22 November 2013
Jika Cinta Benar-Benar Beralih dari Kita
Jika cinta benar-benar beralih dari kita, tentu ia akan mengenakan pakaian terbaiknya ketika tiba hari. Datang dan pergi dengan adab, pamit karena kuat musabab.
Jika cinta benar-benar beralih dari kita, setidaknya ia akan menitip kenangan-kenangan manis sebelum memutuskan untuk tak menetap lagi di dada kita.
Jika cinta benar-benar beralih dari kita, pasti tak sedemikian hebat dikobarkan api tanpa memberitahu kita cara memadamkannya.
Jika cinta benar-benar beralih dari kita, tentu aku dan kau tak dibiarkan menebak-nebak sisa debar di masing-masing ketiadaan kabar.
Jika cinta benar-benar beralih dari kita, sebelum meranggas ia akan membiarkan buahnya kita sesap sampai habis. Meski hanya manis di kamu, meski masam di aku.
Tanyakan lagi pada pergimu, apakah benar yang beralih itu cinta, atau karena wanita yang tak lebih bisa membahagiakanmu dariku itu yang pinta.
Jika cinta benar-benar beralih dari kita, ia tak akan berdalih demi kebaikan kita.
Kamis, 21 November 2013
Sementara, Jingga.
Kupermudah untukmu. Untuk kita.
Tak mungkin kusertakan hati yang memang tak kumiliki sebelumnya.
Kita begitu berbeda dalam semua, kecuali kenyataan bahwa kita pernah tertawa bersama.
Begini, Jingga.
Ku ceritakan padamu tentang Neverland. Pulau yang tak pernah ada. Cerita indah dengan akhir bahagia.
Seharusnya kau tahu itu.
Ku ceritakan padamu tentang Neverland. Pulau yang tak pernah ada. Bahagia yang mengada-ada.
Cinta yang bahkan tak pernah ada.
Terlalu mudah untukmu menjadikan ini suka. Terlalu cepat untukmu menyimpulkan bahagia itu sederhana.
Begini, Jingga.
Aku Senja.
Kau mungkin lupa,
Senja tidak mungkin berlangsung selamanya
.
Akulah sementara..
Senin, 18 November 2013
Percakapan di Sudut Kedai Kopi.
Aku tidak akan berbohong pada segelas kopi yang tak pernah mengkhianatiku.
Pahit nya memaksaku untuk tak berpura-pura manis.
Maka kuberi sekecap aku pada secangkir kopi di sudut kedai kopi itu.
Sekecap aku yang tak ku beri perasa. Sekecap aku yang tak punya rasa.
Percakapan di sudut kedai kopi adalah percakapan paling jujur.
Aku menemukan diriku yang telah lama hilang.
Aku menghilangkan diriku yang telah lama ada.
Aku menyembunyikan bunyi-bunyian di sudut kepala.
Membunyikan suara-suara dalam dada.
Degup yang telah lama tiada.
Percakapan di sudut kedai kopi adalah percakapan paling jujur.
Paling tersembunyi.
Lirih
Lupa kalau harusnya tetap berpura-pura
lupa, seakan lupa
padahal luka.
Jumat, 15 November 2013
Patah Hati
Tentang jatuh hati mungkin kau lebih mengerti, sedang aku terlalu sibuk menikmati sunyi dalam sendiri dan patah hati.
Sesuatu yang amat kau benci itu adalah bagian dariku yang begitu kucintai.
Tak akan pernah ku paksakan hati yang tak lagi kumiliki.
Sebab seharusnya, cinta yang memang untukku tak akan pernah tercuri.
Mungkin selepas ini aku akan kembali menanti,
berpura-pura punya hati
sampai akhirnya aku menyadari
yang kunanti hanya mati..
November, 2013
Sambi mendengarkan lagu ini https://soundcloud.com/sweta-kartika/patah-hati-ost-grey-jingga
Rabu, 13 November 2013
Seusai Hujan
seorang perempuan duduk berdua dengan kenangan
membicarakan janji masalalu dan bersumpah untuk saling melepaskan
berjanji untuk memulai kehidupan yang baru dengan melupakan perasaan.
berpura-pura tak tahu bahwa takdir sedang bermain peran
hanya menunggu waktu untuk menyakiti pelan-pelan.
dan membuat perempuan itu mati perlahan.
November, 2013.
Risau
Aku mengenalnya sebagai desau angin yang ku kira engkau.
Kemudian kenyataan meneriakiku dengan suara parau.
Bukan engkau melainkan sendu.
Rintik air langit mengenai wajahku satu-satu
Sebagai pengingat pilu yang memaksa lidah menjadi kelu
Segala cumbu rayu dan sikap malu-malu
Berubah menjadi cemburu yang kini berlalu
selamat tinggal
sekuntum mawar putih dengan daun di tangkainya
kemudian mengering, dan gugur di hempas ke masalalu
sebuah pesan ucapan selamat tinggal
harapan akan hal-hal sederhana yang tak terucapkan
salam perpisahan dari masadepan yang tak pernah ada
kemudian aku teringat
sampai jumpa lagi
adalah kalimat yang khianat
november, 2013.
Minggu, 03 November 2013
Dibalik Airmata
Gadis itu tersenyum meski tahu, sikap lelakinya hanya sementara.
Gadis itu tersenyum, meski menyadari bahwa bukan hanya ia yang diperlakukan istimewa.
Tidak masalah bagi si gadis, karena tak ada hati yang ia sertakan untuk lelaki itu sejak awal mula.
meski sementara, aku bersyukur kita pernah tertawa bersama..
Entah cepat atau lambat
Entah si gadis atau si lelaki
Entah bosan atau enggan
Entah menemukan atau ditemukan
mereka hanya akan menjadi entah yang pernah..
Sebuah senja yang biasa
Canda yang juga biasa
Tawa yang dibagi dengan biasa
Tak mampu menyembunyikan bahagia yang luar biasa
Sampai pada suatu ketika
Kau menatapku dengan tatap yang berbeda
Banyak sekali luka tersimpan disana
Mulutmu diam tapi matamu banyak bicara
Kau jelas-jelas masih punya hati.
Tapi bukan aku yang kau cari.
Aku bahkan sudah lupa kalau punya hati.
Melihat lukamu aku jadi ingat.
Aku pernah punya hati.
Rasanya sakit sekali, ya?
jadi untuk kini, lebih baik begini.
pwt,november 2012.
Selasa, 29 Oktober 2013
Lelaki dan Bunga
Aku melukis bunga dalam sebuah nama yang kupuja
Aku tergila-gila pada tawanya
Tak lama kukira aku jatuh cinta
Tatap mata itu memberiku rasa getir
Ragu pada suaranya menyadarkanku bagai sambaran kilat petir
Membuat hatiku yang terlanjur jatuh, hancur dan ketar-ketir
Senyumku melengkung pada rasa pahit kopi dalam cangkir
Aku melihat bunga ditangan kiri
Kemudian perlahan-lahan ikut merasakan nyeri di dada sebelah kiri
Menikmati luka tak terperi yang sengaja kubuat sendiri
dan kubuka kembali
Sebagai lelaki,
Sementara percaya tak lagi bersemayam dalam hati
Dimana lagi bisa ku samarkan tangis selain sebagai puisi?
Bertahun ku rutuki diri yang pernah begitu naif
Mencoba berdiri sendiri sebagai sumbu positif
Mengurangi rindu kepada kamu sebagai kutub negatif
Untuk sekuntum bunga,
yang pernah memberi debar,
untuk kemudian mati tanpa sempat memberi arti
Terimakasih untuk pernah menjadi yang indah, meski hanya sebagai khilaf.
Oktober, 2013
20.53
Kamis, 22 Agustus 2013
Puisi WS Rendra - Doa seorang serdadu sebelum berperang
wajah Mu membayang di kota terbakar
dan firman Mu terguris di atas ribuan
kuburan yang dangkal
anak menangis kehilangan bapak
tanah sepi kehilangan lelakinya
bukannya benih yang disebar di bumi subur ini
tapi bangkai dan wajah mati yang sia-sia
apabila malam turun nanti
sempurnalah sudah warna dosa
dan mesiu kembali lagi bicara
waktu itu, Tuhan ku
perkenankan aku membunuh
perkenankan aku memasukkan sangkurku
malam dan wajahku adalah satu warna
dosa dan nafasku adalah satu udara
tak ada lagi pilihan
kecuali menyadari biarpun bersama penyesalan
apa yang bisa diucapkan oleh bibirku yang terjajah ?
sementara kulihat kedua tangan Mu yang capai
mendekap bumi yang mengkhianati Mu
Tuhan ku
erat-erat kugenggam senapanku
perkenankan aku membunuh
perkenankan aku menusukkan sangkurku
AKSARA MERDEKA
aksara merdeka,kenapa masih ada lagi
warga tanah bersejarah ini
yang kenal huruf tetapi terlupa maknanya
yang kenal angka tetapi terlupa nilainya
yang kenal bunyi tetapi terlupa nadanya
yang kenal rentak tetapi terlupa geraknya
yang kenal lagu tetapi terlupa iramanya
yang kenal akhir tetapi terlupa awalnya.
Setelah sekian lama kita membaca dan menghafal
aksara merdeka,kenapa masih ada lagi
warga tanah tercinta ini
yang cerah mata tetapi gelap hati
yang cerdik minda tetapi dungu peribadi
yang cantik bahasa tetapi buruk sikap
yang lembut budi tetapi keras lagak
yang merdu suara tetapi sumbang bicara.
Setelah sekian lama kita mencatat dan merakam
aksara merdeka,kenapa masih ada lagi
warga tanah pusaka ini
yang impikan kemajuan tetapi menolak teknologi
yang impikan kemakmuran tetapi membelakangkan ekonomi
yang impikan kesejahteraan tetapi mencetuskan pergolakan
yang impikan kegemilangan tetapi meremehkan wawasan.
Setelah sekian lama kita menganalisis dan mentafsir
aksara merdeka,kenapa masih ada lagi
warga tanah bertuah ini
yang terlepas kaki tetapi terikat tangan
yang terlepas mata tetapi terikat jiwa
yang terlepas fakir tetapi terikat cita-cita.
Setelah sekian lama kita menjulang dan memarbatkan
aksara merdeka,kenapa masih ada lagi
warga tanah bertuah ini
yang kasihkan bangsa tetapi bencikan pemimpin
yang cintakan agama tetapi menyelewengkan fatwa.
Setelah sekian lama menghargai dan menghormati
aksara merdeka,kenapa masih ada lagi
warga tanah berdaulat ini
yang menanam bunga tetapi menabur duri.
-widi
Minggu, 18 Agustus 2013
-Temporarily Broken-
I wanna take part in your tonight’s dream
This idiocy’s just all over me
Those butterflies won’t stop flying
I am temporarily broken
When it’s clear and bright I’m confused
I am temporarily broken
It does not get me off watching you walk
- Dini Budiayu
Rabu, 14 Agustus 2013
Temu
Aku digariskannya bersinggungan dengan mereka yang tak terduga
Mereka yang pada awalnya ku sangkal dengan penuh keangkuhan
Tak ku acuh dengan penuh kesombongan
Seperti sebuah mantra yang dirapal berulang, takdir melingkar jelas di balik setiap cerita yang mengiringi tawa dan luka
Aku kembali berhadapan dengan cermin di masalalu
Membuatku tertawa terbahak dan dengan mudah membaca
Sampai aku tiba di suatu hari
Di waktu yang belum kita ketahui, di tempat yang tidak kita pahami, di situasi yang tidak kita mengerti, di suasana yang tidak kita kehendaki
Sebuah janji dengan berani berlari melewati segala imaji
dan.. BOOM!
Aku - kamu tak lagi semu
Di balik selimut langit petang tak berbintang
Di bawah sinar bulan selepas senja yang tak jingga
Dengan lengkung pada kedua bibir masing-masing
Perjalanan membawa kita pada sebuah titik temu
...memberi waktu untuk kelak merindu sebelum senja yang jingga berlalu dan berubah menjadi langit abu-abu, sendu.
Purwokerto, 2013
Dua senja tersisa sebelum jingganya berlalu.
Minggu, 11 Agustus 2013
Sepuluh kata, kamu, dan banyak cerita.
Jumat, 26 Juli 2013
Binatang Jalang Dan Tahun Yang Terus Berulang
Kau akan tetap hidup meski seribu tahun berselang
Karyamu tak akan berhenti dikenang
Sejuta tahun lagi dunia akan bersulang
Detak keberanianmu tak akan pernah hilang
Semangatmu akan terus meradang dan menerjang
Padanya kuberjanji pantang pulang sebelum menang
Hingga pedih perih perlahan berubah menjadi kenang
Keabadian membawamu pada masa dimana semua terang
Tak perlu lagi berlari membawa kecewa yang menggenang
Kita telah menang
Keadilan tak lagi belang
Luka dan bisa tak perlu kau bawa pulang
Sekarang, kau boleh tenang..
note: puisi ini ditulis pada hari puisi nasional tanggal 26 Juli 2013. Selamat Hari Puisi! Selamat Ulang Tahun, Binatang Jalang!
Minggu, 21 Juli 2013
Anomali Rasa
Singkat, lalu berakhir dengan koma.
Merindukanmu itu seperti tersandera oleh waktu
Membuatku menangis lalu melompat kegirangan tanpa alasan pasti.
Anomali,
keanehan demi keanehan lain yang biasa didapat dari hati untuk kemudian dimaklumi.
Pernahkah suatu kali kau mencoba singgah, sebentar saja, di remang-remang malam dan berdiskusi dengan banyak persepsimu tentang aku yang bahkan tak pernah kau tahu?
Semestinya cinta lahir dari sendu serta lirih kesepian, bukan dari gelegar cumbu.
Suatu kali yang lain aku coba untuk berkompromi, dan kau ada di sana.
Meminta untuk digenggam dan dibawa berlari.
Ada dimana usapan sayang yang dulu kau kandung dan menjadi jadi candu egoku?
Ada dimana pengertian tak pada tempatnya yang kadung membuatku menjadi monster untukmu?
Ah, cuma kau yang ada di sana, di hari esok yang tak pasti.
Cuma kau yang memohon agar kebahagiaanku tidak pergi lagi..
#21
Juli, 2013.
Sabtu, 20 Juli 2013
Senja, Jingga dan Cerita Lainnya.
Kita menabur benih senyum
Menyerupai bunga matahari yang hanya sekuntum
Aku menggambarkan kesepian yang dikulum
Sesudahnya tak sempat dipetik karena gugur dikala ranum
Kemudian siluet sebuah warna datang
Ia menjelas menjelang petang
Mengintip dibalik cahaya terang
yang perlahan berubah remang-remang
Aku menatap dengan gamang
diantara dua perkara yang semula kuanggap gampang
Cepat, waktu memburu
Erat, peluk cemburu
Aku, tergugu bisu...
#20
Juli, 2013
Jumat, 19 Juli 2013
Perkara Sendiri Membilang Sepi
Kokoh angkuh mereka, bukan tegap yang kubanggakan
Aku menyukai kegelapan,
Sebab degupnya mengingatkanku pada yang perlahan-lahan meredup
beberapa saat kemudian,
pada detak detik hari yang enggan menutup.
Kegelapan mengajariku meraba,
Menyentuh hal-hal yang tidak rata
Mebuatku semakin yakin, tubuh harus terbiasa
Melawan bisa.
Agar tubuh kian tabah
mengetahui semua yang emah
melawan lelah yang jadi masalah
Sehingga darah kurasakan berdesir sendiri
Seperti langkah-langkah sepi
Pada hati, mereka yang berjalan sendiri sebenarnya tahu;
bahwasanya sepi itu milik sendiri..
Juli, 2013.
Rabu, 17 Juli 2013
Senja Ke-17
Aku tahu kau tahu semua jawaban pertanyaan yang kau tanyakan untuk sekedar meyakinkanku yang memang peragu ini.
Kau bertanya hanya untuk menyakitiku.
Sebenarnya Jingga,
Bukan aku melainkan kaulah yang perlu untuk diyakinkan
bukan dengan pertanyaan-pertanyaan melainkan dengan pernyataan-pernyataan
Ku ketahui itu dari kata seharusnya yang tak seharusnya ada
Kau mau tahu, Jingga?
Saat sesuatu berada jauh diluar jangkauanmu, saat yang kau ingini tak nampak dan kasat mata,
tidak berarti mereka tak ada. Bukan berarti mereka menghilang dari hidupmu.
Mungkin mereka tengah besembunyi
Atau mungkin, mereka berubah menjadi kecil bagi matamu yang mungkin saja tertutup keinginan untuk memiliki dan memunyai.
Tawa dan tari yang tak ingin kau lihat itu semu, Jingga,
Kau bahkan tak pernah berusaha untuk melihat kebenaran
Kau lebih suka menyimpan semua untukmu sendiri
Sampai pada suatu ketika kita menyadari bahwa senja,
telah kehilangan warna jingga yang tak pernah dimilikinya...
senja ke 17
juli, 2013
Sabtu, 13 Juli 2013
Bukan Senja Kita
Begini senjaku, Jingga. sementara jarak terus memanjang dan rindu tak kunjung berujung temu, mungkin disebuah pelabuhan hati akan kuarungkan harapan-harapan yang sempat menjulang, mengangkasa lalu binasa pada bumi berwajah kecewa.
Kenyataan bahwa aku hanyalah bocah kecil usil yang berlagak seperti pemberani tak akan pernah aku pungkiri.
Kita sama-sama tahu, meski tak berhati, tersakiti untuk kesekian kali adalah hal yang kita berdua paling hindari
Begini senjaku, Jingga. Mungkin kita tidak akan bertemu di pelabuhan yang sama, karena terkadang ada beberapa pertemuan yang sebaiknya tidak pernah terjadi, agar kita tidak membuat janji yang kemudian hari membuat bibir kita saling mengucap benci dan membuat hati yang kita sepakati tak dimiliki justru semakin terperi.
Begini senjaku, Jingga.
biarkan harapan-harapan kita sembunyi
biarkan cahaya jingga yang yang sempat menerangi mata kita pergi
agar hati, menjadi lebih hati-hati dalam memberi
Begini Jingga, senja ini bukan milik kita..
rindu
tumbuh pepohonan serupa hutan
semuanya berbuah rindu
yang menjatuhkan diri pada pertemuan
kau boleh memilikinya jika mau
sesukanya..
semaunya..
semuanya..
Jumat, 12 Juli 2013
dinda,
sunyi
dan mencoba melukisnya dengan kata-kata.
: pada gaung yang coba disembunyikan sunyi
aku mendengar suara tanpa bunyi
sesuatu seperti rengek tangis bayi
yang lirih mengalun pada hati
di dalam sunyi sepagian ini
aku menyadari
ada seseorang yang menyentuh kepala
bukan dengan tangan
melainkan sekelumit kenangan
Nyali
yang menjulang pasti akan hilang
yang mengangkasa tanpa tetap menginjak bumi pasti akan binasa
gelembung udara, ego, harapan, nyali
ah, rindu memang serupa gelembung udara mudah pecah
dan kita hanyalah tangan-tangan usil bocah nakal di sebuah sekolah
bocah berlagak pemberani tapi sebenarnya cengeng sekali
kini aku binasa pada harapan-harapan yang kubangun mengangkasa
aku terjebak pada ketinggian nyali yang tak pernah kutahu dimana pijaknya
aku terkurung dinding ego yang menjulang dengan angkuhnya
sepertinya langit Jogjakarta lebih tahu,
bagaimana pecahan gelembung udara telah membuat mataku leleh
seberapa banyak lelah membuatku berakhir menyerah
pasrah
Juli, 2013.
Mendung, Purwokerto.
Rabu, 26 Juni 2013
bitter is better
"Give me your heart, make it real or else forget about it."
"I don't wanna give my broken heart to anyone, so you better fix it first. Will you?"
"Fix? Take mine, so you won't feel that pain anymore."
...and she broke his heart. bitter. but better than broken promises.
June, 27.
Sudah, sana menjauh.
kamu takut ya aku jatuh cinta sama kamu? hehehe. tenang aja.
yang terlalu serius itu kamu.
kalaupun aku jatuh cinta sama kamu, itu urusan aku. kamu santai aja. kamu gak perlu menjauh.
ah, sayang sekali. untuk hal begini pun kamu kekanak-kanakan.
sudah sana menjauh. bukan karena aku tidak jatuh cinta sama kamu lagi, tapi caramu menyikapinya yang membuatku tak respect. hehehe.
rasaku ke kamu sudah tak sama lagi.
Pergi sana.
Bye. :*
http://my.opera.com/lubangwc/blog/2013/02/04/sudah-sana-menjauh
Selasa, 25 Juni 2013
optatissimus
Rindukah kau?
Tepat dua tahun lalu.
Masalalu berdesak menuntut temu
Membawa pilu yang telah lama dikubur dalam senyum palsu
Dosa hari itu membunuhmu dengan hati-hati
Hati-hati. Hati dan Hati. Hati. Hati.
Dua hati yang tak seharusnya bertemu
Disatukan doa yang tak kunjung menemukan jemu
wahai pemberi sendu,
...engkaulah doa pertamaku.
Kamis, 20 Juni 2013
Halo Jun
Tidak sulit membuatku jatuh hati padamu.
Hanya perlu beberapa milisekon untuk membuatku bertelut memintamu hadir lebih cepat setiap tahunnya.
Ya, aku dilahirkan dari lebih separuhmu.
Bagaimana mungkin aku bisa tidak mencintaimu?
Lucunya, kau seolah berbalik membenciku. Memusuhiku.
Kau hadir tahun demi tahun, memberiku hari-hari tak terlupakan.
Yang justru membuatku berlutut nelangsa meminta-Nya untuk menghapuskan satu bulan saja pada tanggalan masehi.
Tapi ternyata aku naif sekali, Jun.
Kau mencintaiku dengan caramu.
Kau ingin aku mengingatmu, selalu, setiap waktu, bahkan pada bulan-bulan setelahmu.
Meski sebagai yang pahit bagiku.
Seperti ku kata pada awal mula, yang pahit memang lebih mudah diingat.
Aku mengingatmu, Jun.
Sebagai yang pernah memberiku banyak gulali di masa kecil.
Aku menyimpanmu, Jun.
Sebagai aspirin yang selalu kubutuhkan di pertengahan tahun, saat aku mulai terlalu silau dengan bahagia, saat cahaya dan keramaian terlalu bingar membutakanku.
Kau membangunkan ku dari mimpi indah, mebawaku pada kenyataan yang benar.
Bahwasanya, tak ada siapapun atau apapun yang bisa ku percaya melebihi diriku sendiri.
Juni, aku tak akan lagi lari dan sembunyi saat menemuimu.
Kali ini akan kau temukan aku berdiri menantang, menghadang, bahkan menerjang.
Aku akan berjuang..
...meski sendirian.
20
Rabu, 19 Juni 2013
Teori Selingkuh Suka-Suka
Identik dengan pengkhianat, jahat, karma, tidak tahu diri, anti komitmen?
Sadar nggak kalau selingkuh itu hal yang manusiawi? Karena pada dasarnya ego manusia tidak pernah bisa dipuaskan oleh satu orang saja. Santai saja, selingkuh terutama dgn imbuhan di- -i memang memuakkan, tapi kalau metodologi cintamu begitu-begitu saja, mau marah ke siapa?
Tidak semua orang lahir dengan tingkat komitmen tinggi, kebanyakan memilikinya karena beruntung dapat pasangan yang bisa membuat dia setia. Sebagian lagi kumpulan orang yang berjuang melawan kebosanan.
Kalau pasangan selingkuh, jangan mikir dia pengkhianat dulu. Pikir aja, mungkin sesuatu dari anda membuatnya bosan.
Sadar atau tidak, kita mencoba selingkuh dengan cara masing-masing agar hubungan kita bisa lebih lama bertahan.
Selingkuh. Adalah cara bertahan paling mungkin dari hubungan yang membosankan. Tujuannya jelas bukan untuk menyakiti satu diantara. Karenanya selingkuh biasanya dilakukan secara sembunyi-sembunyi.
Sekarang gini.
Logikanya, kalau kamu bisa membuat pasanganmu jatuh cinta setiap hari, buat apa dia mencari keseruan itu dengan orang lain?
Rutinitas itu membosankan, tidak ada yang menarik dari melakukan hal yang sama berulang-ulang. Apalagi tanpa selingan.
Kalau sudah mau commitmen, kamu harus siap memperbarui cinta tiap harinya. Jaga-jaga kalau pasanganmu tidak bisa. Jangan takut kecewa.
Jatuh cinta emang nggak bisa milih, tapi berhubungan kan bisa.
Kurang-kurangin deh punya ekspektasi terlalu tinggi.
Jangan membebani pasangan dengan kesetiaan di saat kau belum paham benar makna jatuh cinta sesungguhnya.
Kalau pasangan selingkuh,
jangan drama!
Pilihan cuma selesai atau lanjut. Melabrak temen selingkuh itu cuma buang-buang waktu dan tenaga.
Kalaupun pada akhirnya dia lebih memilih selingkuhannya, lepaskan.
Jangan merengek apalagi memaka dan mengancam.
Ayolah, yang bilang "kalau cinta ya harus saling memiliki" itu naif.
Kita mungkin bisa memiliki jiwa, raga, dan cintanya. Tapi kita nggak akan pernah bisa memiliki jalan hidupnya.
Konsep cinta, nggak pernah senaif harus bersama selamanya.
Kita lahir ke dunia dengan dibebaskan ibu melalui rahimnya.
Kita lahir ke masyarakat dengan dibebaskan keluarga untuk berinteraksi.
Kita membangun kehidupan baru dengan dilepaskan orang tua.
Karena sadar atau tidak, sejak lahir, kita hidup dengan cinta yang membebaskan.
June, 2013
Ipang - Love so Free
Senin, 10 Juni 2013
ingkar
Juni, 2013.
Minggu, 02 Juni 2013
Sembunyi
Didadaku, tersimpan rahasia kecil, dimana ciumanmu adalah kunci untuk membukanya.
I.A.G.S
Jumat, 31 Mei 2013
Hujan Bulan Juni
dari hujan Bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu
Tak ada yang lebih bijak
dari hujan Bulan Juni
Dihapuskannya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu di jalan itu
Tak ada yang lebih arif
dari hujan Bulan Juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap akar pohon bunga itu
- Sapardi Djoko Damono
Puisi diatas adalah satu dari sekian banyak karya Sapardi yang aku kagumi.
Ada ikatan tersendiri antara aku dan puisi ini semenjak pertama kali aku membacanya.
Juni, izinkan aku mencintaimu dari awal. :)
Senin, 20 Mei 2013
Tiga Belas
"tiga, dua, satu.
kuhitung mundur dan kubuka mata, lalu kita kembali tiada seperti pada awal mula."
Masih jelas dalam ingatan, senyum yang kau lengkungkan saat kita bertatapan beberapa pekan lalu. Senja itu kita sama-sama sedang berada di dalam sebuah kafe. Aku dengan kopi panasku. Kau dengan kopi dinginmu. Kita memang berbeda, kau suka kopi dingin dan manis persis seperti senyummu, manis dengan samar rasa getir di dalamnya. Tapi senja itu, aku tidak memahaminya ketenangan yang menyembunyikan cemas membunyikan hujat pada Tuhan.
Sedangkan aku, aku penggemar kopi hangat yang terasa sedikit pahit. Rasa pahit menyadarkanku untuk tidak terlalu terlena bermanis-manis untuk kemudian terluka. Menurutku manis tidak realistis.
Kecuali ciuman yang kita dapat dari mencari dan mencuri waktu pada penghujung hari dibalik cahaya senja.
~281112
Hari ini kau pergi.
Dengan selembar foto dari saku celana. Bunyi tuts piano.
Aku melanjutkan cerita. Menyelesaikan paragraf tentang kita.
Tersenyum sendiri. Menutup hati. Berdoa.
Rasa kopiku sedikit berubah.
Entah karena salah takar atau lidahku terbiasa menyesap manis bibirmu.
Hambar. Seperi debar yang kini ngabar tanpa ada kabar, walau kutunggu dengan sabar.
Ku balik lembar..
Selamat tinggal.
~200512
Biarkan.
biarkan aku menjadi yang pernah untukmu jika hanya itu yang bisa kulakukan untuk bertahan di kepalamu.
biarkan aku datang di mimpi-mimpi terburukmu jika mimpi indah tak pernah kau izinkan untuk kusinggahi.
biarkan aku menjadi apa yang paling kau enggan hadirnya, sekaligus yang tak mungkin kau hindari hadirnya dalam ruang rindumu.
biarkan kita hanya akan menjadi lembaga yang kuciptakan dalam ruang masadepanku sendiri.
tutup saja hatimu.
biarkan...
Sabtu, 18 Mei 2013
Ukir Takdir
Takdir.
Dua yang satu. Satu yang dua.
Aku satu-satunya orang yang tahu, dari dua hati yang satu aku menanggung luka begitu banyak.
Menimbang beban begitu berat.
Aku mungkin memiliki raga, hati, dan cintamu. Tapi aku tak akan pernah sanggup memiliki takdirmu.
Takdir yang kau tulis dengan mantap sebagai bekas luka.
Melukakan aku yang kini berusaha melupakan kamu.
Satu doa terakhir di sujudku pagi ini, semoga kau bahagia.
Kamis, 09 Mei 2013
Sin
Hanya karena nama Tuhan kita punya satu huruf vokal yang berbeda. Cinta tidak lagi mewujud doa bahagia.Ini adalah sebuah surat.
Baca surat tak selesai ini sampai selesai.
Agar setidaknya kau tahu bahwa seseorang sedang menengadah tangan, meminta Tuhan memanjangkan waktu yang hanya sedepa.
Tuhan yang kemudian memisahkan dua hati yang saling mengimani.
Tanyakan pada Tuhanmu, apakah jatuh hati kepada umatnya adalah sebuah dos...
Kamis, 02 Mei 2013
Pelajaran di Linimasa.
Kemudian, aku memanusiakan ia yang tadinya kudewakan.
Aku mulai mencerna satu-persatu tawa yang ia bagi melalui kata-kata di linimasanya.
Aku semakin merasakan pedih yang dengan keras berusaha dialih.
Itulah dia.
Sosok yang menertawai luka hati,
Sosok yang sebenarnya acuh pada diri sendiri dan menyimpan banyak peduli dengan amat hati-hati.
Aku menemukan kepercayaan diri yang kerdil dalam kesombongannya.
Aku menemukan hati yang lapang pada amarahnya.
Aku menemukan luka yang amat dalam pada kediamannya.
Aku menemukan sedikit getir, pada tiap kata yang tadinya, mampu membuatku terbahak tiap membacanya.
Pada tiap kata yang tak tertulis,
Pada tiap kata yang ditulis, kemudian dihapus,
Pada tiap kata yang tersimpan rapi di draft.
Pada tiap tawa yang kau hadirkan untuk merayakan luka.
Kupersembahkan tulisan ini.
Disana, kata-kataku menemukan Tuhannya.
Mei, 2013.
Rabu, 10 April 2013
senja
Aku. Kamu. Senja. Bertiga menyusuri setapak taman di pinggiran kota.
Pada suatu pagi yang kita nanti,
Aku. Kamu. Melatih Senja berjalan meniti mimpi.
Pada suatu senja yang kita duga sebelumnya,
Aku. Kamu. Senja. Bertiga duduk diberanda, membincangkan dunianya yang beranjak dewasa.
Senja itu buah hati kita. Bukti cinta yang telah ada.
Senja itu selalu milik kita; yang lahir pada pertemuan pertama,
dan tumbuh dewasa dengan cinta yang seada-adanya.
Sampai kemudian,
Pada suatu ketika yang telah kita kira;
Senja pergi menjemput senja miliknya.
Melepaskan kita pada batas usia dengan senyum bahagia.
07:09
11 April
Surat Terakhir
Surat ini kutulis saat aku sedang rindu-rindunya, segila-gilanya.
Tapi entahlah, setelah kau baca isinya, mungkin kau hanya akan menemukan bahwa surat ini tak lebih dari lembar sobekan buku diary, yang semua isinya tentang kamu.
Iya. Kamu.
Kamu yang ku maksudkan disini ya kamu. Seseorang yang dengan kebersahajaan sekaligus kemewahannya mencuri sebagian hatiku dan seluruh perhatianku dalam satu kejapan mata.
Mungkin terdengar sily dan klise. Tapi ya itulah yang kurasakan waktu itu, dan bahkan hingga detik ketika aku menulis surat bodoh ini.
Sebelumnya aku mengutuk diriku sendiri, karena aku seringkali salah mengartikan kagum sebagai rasa yang orang-orang sebut ah-kau-pasti-tahu-apa.
Kamu mengenalkanku pada desiran halus yang demi Tuhan, tak mampu kujabarkan dalam kata.
Ada lengkingan di kepala yang menyatakan "Ini! Ini dia!" dengan sembrono dan tanpa pertimbangan.
Kamu, mengenalkanku pada kebodohan-kebodohan yang kuulangi serta dosa-dosa yang kunikmati dengan rasa bersalah.
Ini jelas berbeda. Jauh dari kekagumanku pada orang-orang sebelum kamu; yang aku salah artikan.
Pada hari terakhir ini,
Di detik terakhir yang kupunya,
Kamulah orang terakhir yang ingin kutanya;
Bolehkah aku jatuh cinta tanpa harus bertanya-tanya akan bagaimana kelak lembaga yang aku dan kau sebut kita jadinya?
regards,
yours.
selembar
Pada setiap mimpi yang bubar, puisi menjadikannya debar.
Satu demi satu janji yang kau sebar tak juga berkabar.
Kini kau menjauh tanpa kabar menjadikan semestaku buyar.
Minggu, 17 Februari 2013
Paradoks
Bahwa kita memiliki gedung-gedung yang lebih tinggi tetapi kesabaran yang pendek,
jalan bebas hambatan yang lebih lebar tetapi sudut pandang yang lebih sempit
daftar keinginan lebih panjang tetapi pikiran lebih pendek
Kita mengeluarkan uang lebih banyak, tetapi memiliki lebih sedikit;
kita membeli lebih banyak, tetapi menikmati lebih sedikit.
Kita memiliki rumah yang lebih besar dan keluarga yang lebih kecil, lebih nyaman, tetapi waktu yang lebih sedikit.
Kita memiliki lebih banyak gelar, tetapi logika yang lebih sedikit;
lebih banyak pengetahuan, tetapi penilaian yang lebih sedikit;
lebih banyak ahli, tetapi lebih banyak masalah;
lebih banyak obat-obatan, tetapi kesehatan yang lebih sedikit.
Kita minum dan merokok terlalu banyak,
meluangkan waktu dengan terlalu ceroboh,
tertawa terlalu sedikit, menyetir terlalu cepat,
marah terlalu besar, tidur terlalu larut,
bangun terlalu lelah, membaca terlalu sedikit,
menonton TV terlalu banyak, dan berdoa terlalu jarang.
Kita telah melipatgandakan barang milik kita, tetapi mengurangi nilai kita.
Kita terlalu banyak berbicara, terlalu jarang mencintai, dan terlalu sering membenci.
Kita telah belajar bagaimana mencari uang, tetapi bukan kehidupan.
Kita telah menambah tahun-tahun dalam hidup kita,
tetapi bukan kehidupan dalam tahun tahun tersebut.
Kita telah mencapai bulan, tetapi memiliki masalah dalam
menyeberang jalan dan menemui tetangga baru.
Kita telah mengalahkan luar angkasa, tetapi bukan dalam diri kita.
Kita telah melakukan hal-hal besar, tetapi bukan hal-hal yang lebih baik.
Kita telah membersihkan udara, tetapi mengotori sang jiwa.
Kita telah mengalahkan atom, tetapi bukan rasa diskriminasi.
Kita menulis lebih banyak, tetapi mempelajari lebih sedikit.
Kita berencana lebih banyak, tetapi mencapai lebih sedikit.
Kita telah belajar untuk terburu-buru, tetapi bukan menunggu.
Kita membuat lebih banyak komputer untuk menampung lebih banyak informasi, menghasilkan fotocopy yang lebih banyak, tetapi kita berkomunikasi semakin lebih sedikit.
Ini adalah zaman dimana makanan siap saji dan pencernaan yang lambat,
orang besar dengan karakter yang kecil,
keuntungan yang tinggi dan hubungan yang renggang.
Ini adalah zaman dimana ada dua penghasilan tetapi lebih banyak perceraian,
rumah yang lebih mewah tetapi keluarga yang berantakan.
Ini adalah zaman dimana perjalanan dibuat singkat,
popok sekali pakai buang, moralitas yang mudah dibuang,
hubungan satu malam, berat badan berlebihan,
dan pil-pil yang melakukan segalanya dari menceriakan,
menenangkan, sampai membunuh.
Ini adalah zaman dimana banyak barang di etalase showroom
dan tak ada stok dalam ruang persediaan.
Zaman dimana teknologi dapat menyampaikan surat ini kepada Anda,
dan zaman dimana Anda dapat memilih apakah Anda akan berbagi renungan ini, atau hanya tekan “hapus”.
Ingatlah,
luangkan lebih banyak waktu dengan orang yang Anda kasihi, karena mereka tidak akan ada selamanya.
Ingatlah,
ucapkan kata yang baik kepada orang yang memandang Anda dengan ketakutan,
karena si kecil tersebut akan segera tumbuh besar dan meninggalkan Anda.
Ingatlah,
beri pelukan hangat kepada orang di sisi Anda,
karena itulah satu-satunya harta yang dapat Anda berikan dengan hati dan tidak membutuhkan biaya.
Ingatlah,
katakan “saya menyayangimu” kepada pasangan Anda dan orang yang Anda kasihi, tetapi dengan penuh makna.
Ciuman dan pelukan akan memperbaiki luka ketika
dilakukan dari lubuk hati yang paling dalam.
Ingatlah,
bergandeng tangan dan nikmati saat itu
karena suatu hari orang tersebut tidak akan ada lagi.
Berikan waktu untuk mencintai,
berikan waktu untuk berbicara!
Dan berikan waktu untuk berbagi pikiran-pikiran yang berharga di benak Anda.
#GC
Minggu, 10 Februari 2013
Titik Terang
Beginilah.
Mencintai tanpa pertimbangan pada akhirnya hanya akan menjadikan kita bimbang.
Lantas, disinilah kita berada sekarang; di ambang jurang.
Sebelumnya, perihal rindu kita saling berterus terang.
Kemudian perlahan tanpa kentara rindu telah menjadi bumerang,
Ia menyerang mengganti kata sayang dengan perang.
Semua ada masanya. Pun bila pada suatu hari nanti kau temukan aku menyerah, kupastikan tidak pada keadaan. Melainkan kepada kamu.
Semua ada masanya. Pun bila pada suatu hari nanti kau temukan aku menyerah, kupastikan tidak pada keadaan. Melainkan kepada kamu.
13:46
Kebumen,
11 Februari.
Sabtu, 09 Februari 2013
Pertemuan Dua Pendusta
AAAK KAMU DATENG AAAAK
AKU WORDLESS AAAAK
JANGAN PULAAANG AAAK
Senja ke dua puluh.
Masih kamu yang kucinta tanpa keluh.
Kuperjuangkan hingga berpeluh.
Aku masih dan akan terus merindukanmu, selalu.
Rabu, 06 Februari 2013
Cinta Kembang Gula
Halo, cinta yang jauh dimata.
Aku tidak pikun sayang,
Justru kau yang pikun.
Tidak ada badai malam itu,
mungkin di dalam kepalamu iya, badai, sedang berkecamuk dengan ganasnya dan memporak-porandakan ingatanmu tentangku hingga bercampur dengannya.
Tidak apa sayang,
memang nyatanya sulit merubah rutinitas, apalagi rasa.
Kala itu aku tahu sayang,
Hatimu padaku tak genap separuh.
Perhatianmu padaku pun tak pernah utuh.
Masih ada siluet dirinya yang kulihat jauh di dalam matamu,
di sudut hatimu.
Bukan sayang,
aku tahu bukan kau tak ingin menghapusnya,
aku tahu kau sangat ingin.
Hanya saja,
memang tak pernah mudah menduakan dia yang tadinya kau dewakan.
Perlahan saja.
Akupun masih meminum kopi panas tanpa gulaku teguk demi teguk.
Agar apabila sampai pada sesap terakhir,
bukan pahit ampas kopi lagi yang kurasa,
..tapi cinta tanpa dusta, rasa kembang gula.
Senin, 04 Februari 2013
Tuhan Dalam Secangkir Kopi
Selamat pagi S,
Bagaimana kopimu pagi ini?
Manis? Pahit? Kental?
Pagiku kuawali dengan dua sachet kopi hitam instan dengan satu bongkah gula batu dalam satu cangkir keramik sedang.
Ah kopi,
Kopi hitam selalu saja mengingatkanku pada pertemuan pertama kita.
Kau tahu?
Waktu itu aku pesan kopi, tanpa gula, dingin.
Persis seperti perasaanku kala itu.
Pahit dan dingin.
Kukira, kau dan aku sama-sama tak ingin halaman pada surat ini menceritakan tentang masalaluku. Sepakat?
Begini S,
Kurasa tidak perlu pula kujelaskan bagaimana kehadiranmu lantas sedikit menghangatkan kebekuan sikap dan menggerakan roda gerigi kecil yang telah lama diam dan berkarat jauh di dalam hatiku.
Sungguh S,
Baru kepada kamu, getaran halus di rongga dada sebelah kiri ku hadir perlahan.
Mencuri persediaan oksigen untuk paru-paruku selama sepersekian detik.
Demi Tuhan,
Kau datang padaku tanpa sebuah ketergesaan, lalu kemudian menghancurkan semua sistem yang kubuat untuk melindungiku dari monster di dalam diriku sendiri. Menghancurkan dinding es yang berdiri kokoh melingkari hatiku. Mengganti lingkaran itu dengan lingkar hangat pelukmu.
Dan bahkan, kau membuatku menikmatinya.
Atas nama sejuta topan badai terimakasih,
N
Sabtu, 02 Februari 2013
Surat Cinta Si Oportunis
Kaum pecinta itu oportunis. Siapa yang tak ingin cintanya berbalas? Bahkan Tuhanpun ingin.
Hari ketiga bulan kedua.
Kepada kamu,
Nomor 'S'atuku.
Tahun lalu aku membaca kalimat pada pembuka surat ini masih dengan pemikiran naif; aku bukan oportunis, karena kupikir tak apa jatuh cinta sendirian, toh pada akhirnya aku dan dia bahagia.
Tapi ternyata aku salah S,
Bahagia dalam ruang pikirku dan dalam kesungguhanku ternyata amat berbeda.
Aku menciptakan bahagia semu atas dasar luka yang kubuat dan kugarami sendiri. Aku menikmati luka dan menjadi terbiasa karenanya.
Bahkan aku sempat menjadi sadomasokis atas nama pengorbanan cinta yang pada akhirnya aku sadari sebagai kesia-siaan semata.
Aku sadar,
Semakin aku berusaha untuk terlihat bahagia, jauh di dalam sini, aku justru terlihat sangat menyedihkan.
S,
Misalnya suatu hari aku terpaksa merelakanmu dan memaksakan diri untuk terlihat kuat dan bahagia.
Ingatkan aku untuk tidak berpura-pura dan paksa aku untuk jangan berhenti memperjuangan ruang masadepan yang aku dan kamu sebut "kita".
Kepada S,
Jangan menyerah untuk membuatku tetap bertahan dan berTuhan.
:)
Kamis, 31 Januari 2013
Hih!
Kamu nggak usah sok tau bisa?
Aku tuh capek ya ngejelasin sesayang dan sekagum apa aku sama kamu. Masih aja sok tau bilang kalo kamu nggak seindah yang aku tulis. Hih!
Kan udah dibilang kamu mau nyepik sampe berbusa juga aku taunya kamu terlalu nggak mungkin buat aku milikin. Terlalu jauh untuk kurengkuh. (eh, rhyme!)
Jadi ya terima takdir ajadeh, oke? Yaksip!
Jadi gini,
Aku tuh cuma mau ngingetin kalo aku lagi marah dan diem, mbok ya jangan langsung mikir aku mau ninggalin kamu.
Yakali dikira gampang apa ninggalin kamu. Kalo emang gampang mah udah dari pertama kali aku pergi. Huh!
Positive thinking aja aku-nya ketiduran apa lagi berduaan sama Reza Rahardian. (eh itu positif kan ya? Positif bikin kamu ngamuk. *ketawasetan*)
Jalan yang akan kita tempuh masih panjang, dan bila suatu hari sampai pada persimpangan, aku harap langkah kita tetap beriringan.
Senin, 28 Januari 2013
Surat Tanpa Spasi
S,
Akubingungbagaimanaharusmenanggapisuratyangkaukirim.
Separuhnyamelegakansisanyapedihmenyakitkan.
Mungkiniyabukanakuyangkauinginiuntukmengucapjanjitapipercayalahjauhdidalamhatiiniakumeyakiniakansulitmembuatkuberhentimencintaiterutamakepadakamu.
S,
Akumemahamijarakinimembuatsegalanyamakinberat.
Bukanhanyapadamusayangbebaninipunterasabegituberatdibahuku.
Akutakmenceritakanpadamutentangbagaimanaberatnyakuberjuangdisinisendiribukankarenaakutakrindu,
Itusemuasematahanyakarenaakutakmaukauikutterlukadisana.
PadahaldemiTuhansayang,
Akupunsetengahmatimenahanrinduyangmenuntuttemupadamu.
S,
Meskiberjutakalikaumembuatkuinginmenyerah,
Sungguhtaksekalipunakuberfikiruntukmenyerah.
Hanyasajasaatsemuaterasabegituberat,
Akuhanyainginkaupahamitanpapernahkautanyamengapa.
:(
Kepadakamuyangberjarak,
Akumencintaimutanpajarakdanspasisepertirangkaikatadalamsuratini.
Minggu, 27 Januari 2013
Poros Bahagia
"Baca surat ini satu kali, maka akan kau temukan dirimu mengerti. Baca surat ini dua kali, maka kau akan mengelak ini bukan tentangmu. Baca surat ini tiga kali, maka kau hanya akan menyangkal semua yang tertulis disini."
Kepada S,
Euforia menyapaku, bulan menemanimu, kita tak berada dalam satu langit tapi seluruh angkasa menyambutmu. Mereka mengirimmu dalam ruang rindu.
Tahukah kamu?
Bagiku nada telepon adalah nyanyian benda canggih terhebat. Dan auramu merambat menggetariku. Inilah waktumu. Inilah waktuku. Kusimpan getar kita.
Halo S,
Aku berharap semoga hujan ditempatmu bukan wanita, karena aku bisa cemburu--dia lebih dulu menyentuh tubuhmu.
Aku mendengar suara hujan, dan entah bagaimana dingin dan hangat bisa menjadi satu di jemari, mata, dan hatiku.
Selamat malam S,
Tahukah kamu?
Aku yang tidak tahu menahu tentang arsitektur, mengetahui benar senyummu mampu menjembatani langit dan bumi.
Kemudian aku yang tak tahu menahu tentang ilmu bumi ini tahu pasti, bahwa tatapmu meski hanya dalam bayangku, masih membuatku lupa akan gravitasi.
Jadi S,
Ini semua tetap salahmu.
Jika aku tak juga percaya, makhluk seindahmu, menjanjikan diri sebagai milikku.
Kepada S,
Tetaplah menjadi poros bahagiaku.
Kebumen,
28 Januari 2013.
12:27
Atas Nama Ruang
Genggam tanganmu yang remuk adalah alasan mengapa jemariku tak pernah erat menggamitnya kembali.
Pada tatapmu yang gerhana kuminta secarik teduh yang tak kudapatkan ketika terangmu beringas, membuat mataku buta.
Tetapi kau memberiku bingkisan jejak tak kasatmata di kulitku dan rajah kenangan yang tidak pula musnah.
Kau tak pernah bersahaja bagiku, menerobos kamu seperti menerobos rimba belukar tanaman rambat yang bertumbuhan kembali tiap aku menebasnya.
Dan dengan senang hati menjeratku dengan rantingnya yang lentur dan menggantungku di udara.
Lalu melemparku.
Atas nama ruang.
Ruang yang terlalu luas dan tak terjangkau rengkuh peluk kita, kau menabari batas-batas itu menjadi aku dan kamu.
Di dinding ini,
Aku terpencil, terkucil darimu.
-JE
Jumat, 25 Januari 2013
Tanya Sendiri
Kepada S,
Kalau rinduku kau dustakan, aku bisa apa selain merelakan?
Kalau kesetiaanku kau pertanyakan, aku bisa apa selain tertawa?
Kalau perasaanku kau ragukan, aku bisa apa selain membuktikan?
Kalau bukti cintaku kamu tertawakan, aku bisa apa selain mempertahankan?
Kalau aku kau abaikan, biarkan aku tetap bertahan meski terasa melelahkan dan menduakan menjadi pilihan yang melegakan.
Tapi,
Berjanjilah demi Tuhan, jangan pernah mencoba melepaskan.
Sebab aku mengikatmu dengan nadiku, maka jika ikat kau lepaskan, justru aku yang merasa nyeri..
yours,
N
Rabu, 23 Januari 2013
Peluk Terjauh
Kepada S,
Senja yang kunanti tiap hari.
Senja ini bukan milik kita..
Bagaimana harimu disana? Masihkah kau memeluk diri sendiri saat lenganku tak mampu menggapaimu?
Aku masih S, meski kadang ucapku berkata tidak, jauh didalam sini, aku merasa kau memelukku, peluk terjauh yang membuatku nelangsa.
Berbahagialah S,
Walau hanya dengan sedikit peluk hangat yang kita punya, ingatan tetap saling tergenggam, meski jarak, dengan begitu kejam merajam.
Demi rindu yang menggebu menuntut temu, aku mengukur detik waktu, engkau mengukur kilometer jarak, kita, sepasang rindu yang tak tahu malu.
Dear S,
Jika kau keluar rumah dan hujan terasa dingin menyentuh kulitmu, barangkali tiap tetesnya mewakili rinduku yang kerap tak tersampaikan.
Kepada kamu,
Rumah yang tiada lain.
Tetaplah hangat. Karena sesungguhnya doaku selalu memelukmu melintasi ribuan jarak kilometer yang terbentang diantara.
Tidak apa jika kali ini senja bukan milik kita, sayang.
Karena jauh di relung hati yang paling dalam,
Aku percaya;
Jarak -- bukan musuh yang harus dibenci, tapi teman yang mengingatkanku, bahwa setelah mengenalmu, ternyata rindu bisa jadi semenyakitkan ini.
Percayalah, seberapa banyakpun jumlah kilometer jarak yang ada diantara kita;
aku akan tetap mencintaimu tanpa jarak.
Peluk Jauh,
Kesayanganmu.
Senin, 21 Januari 2013
Surat Benci Untuk yang Tercinta.
Kepadamu dengan penuh kebencian,
Aku benci harus pergi dan merindumu setengah mati.
Aku benci menangis diam-diam dalam ruang emosiku sendiri.
Aku benci merasa kesepian dan menyadari kau tak ada disini.
Kepadamu dengan penuh kebencian,
Sungguh aku benci mengingatmu yang sama sekali tidak lucu sambil tertawa.
Sungguh aku benci hangat pelukmu yang enggan pergi hingga terasa menyesakkan dadaku.
Sungguh aku benci teringat akan senyummu yang membuat sungai di kedua mataku tak henti mengalir.
Kepadamu dengan penuh kebencian,
Aku benci merasa salah tingkah tiap tatapmu jatuh pada tatapku.
Aku benci ledakkan di dadaku saat kau mengecup lembut keningku.
Aku benci menjadi malu saat kau menggodaku.
Dan demi Tuhan,
Dibalik semua simulakrum rasa benci ini,
Aku hanya benci bila harus jatuh cinta sendirian.
Sabtu, 19 Januari 2013
Surat Nggak Mikir Ya,,
Cuma itu yang ada dipikiranku waktu baca suratmu.
Atuhlah sayang, ini kan acara #30HariMenulisSuratCinta bukan #30HariMenulisBukuHarian.
Bagusin dikit kek bahasanya, woo malih!
Yaudah, surat hari ini aku nggak mau mikir ya.
Aku mau kayak dewa @dimsoer aja. Nulis gak pake mikir. Jadi bacanya jangan terlalu serius ya. Nanti kalau terlalu serius jadi lupa makan terus mati terus aku sedih. Kalo aku sedih nanti kamu ikut sedih. Kalo kamu ikut sedih nanti aku tambah sedih. Nanti aku tambah sedih kamu makin sedih. Udah ya sedih-sedihannya, aku capek ngetik.
Aku kalo capek jadi nyebelin. Nanti kalo aku jadi nyebelin kamu jadi gela. Nanti kalo kamu gela kamu diem aja. Nanti kamu diem aja aku gatau jadi tambah nyebelin. Nanti kamu bosen. Nanti aku bosen. Nanti kita cari yang nggak ngebosenin. Terus kalo nemu yang nggak ngebosenin di prospek. Terus lupa deh sama yang ngebosenin. Tamat! Eh, Yaaah...NGGAK MAUUUU DENG!
Tuhkan kamu gitu. Kan aku udah bilang maunya cuma sama kamu. Woo. *ciscisbrutal*
Ulangi aja ya ceritanya, tadi aku ngayal sampe mana?
Aku nggak jadi ngetik yang surat ini lah ya. Biar gak capek. Terus aku jadi sehat. Dan sebagai cewek sehat aku jadi sayang kamu (terserah saya ya nyambung apa enggak, kan udah dibilangin nggak usah dipikir). Kamu katanya sayang banget sama aku. Ternyata aku beda. Eh kamu malah ternyata alien. Jadi kita sama-sama aneh. Berarti kita jodoh. Terus hidup bahagia. Mati masuk surga. Tamat! Horee tepuk tangan buat saya! *prok prok prok*
Bagusan yang mana yang ceritanya? Semua dong pasti ya? Yaiya mesti. Pokoknya besok kita bagus-bagusan tulisan lagi. Aku kan ikut #DuaHati buat latian nulis. Latian komit (nggak pake komat ya). Kamu harus bantuin aku pokoknya. Okeh? Sip. Hap..hap..hap!
Udah nggak usah dipikir, aku aja sayang sama kamu nggak pernah pake mikir.
Intinya, aku mau kamu peluk dan cium aku sekarang! Mu(nt)ah!
Pislovengawl,
(nggak tega nulis nama sendiri disini)
(dikosongin aja ya)
Kamis, 17 Januari 2013
Simulakrum Rasa
Nama yang kueja dengan debar.
Detak dan detik yang kukejar.
Temanmu benar,
Kau pantas mendapat gadis sebaik itu. Tapi maaf, aku tak mungkin menjelma menjadi sosok yang temanmu gambarkan.
Namun, jika kau tambah kata "cukup" di awal kalimat, aku cukup percaya diri untuk mengiyakannya.
Aku tak sepintar itu untuk bisa menjadi gadis impianmu, tapi juga tak sebodoh itu untuk melepasmu.
Kasihan sekali dia yang meninggalkanmu dulu. Dia tak tahu seterang apa bintang yang dulu ia tinggalkan.
Cahayaku Sirius,
Tidak, aku juga tidak pernah ingin berdebat, pun pelukan yang terlalu erat. Aku tak mau nanti kau sesak dalam jerat.
Karena percayalah, setiap saat kau merinduku, sebenarnya aku sedang memelukmu dengan doaku. Dalam kebebasanmu.
Jangan pernah separtikelpun kau ragukan aku, karena tidak sedikitpun perasaanku akan bergeser atasmu. Sungguh, akupun merindukanmu. Seperti Matilde merindukan Neruda. Seperti Laila merindukan Qais.
Neruda ku,
Demi kita yang sedang aku dan kau perjuangkan, aku bersumpah tak akan pernah lagi mencemaskan cemas yang mencemaskanmu.
Ksatria hujanku,
Kuberitahu kau satu rahasia;
Aku yang kau sebut penuh warna ini, sebenarnya; transparan dan separuh.
Benar sayang,
Spektrum warna dan simulakrum emosi yang kau rasakan saat bersamaku adalah apa yang sebenarnya cerminan dari dirimu yangu kuizinkan terpantul didalamnya. Hingga kau menemukan sejuta warna, yang sesungguhnya merupakan bias warnamu sendiri.
Kuikhlaskan segala yang kumiliki untuk kau jaga dengan caramu. Kupercayakan sekeping hati yang tak lagi utuh dengan luka disegala tempat untuk kau simpan. Dan kuamankan cintamu dalam setangkup aminku, calon Imamku.
"kaulah simulakrum rasa yang diam-diam hadir di relung dada"
Purwokerto, 18 Januari.
Selasa, 15 Januari 2013
Tuhan, Kaukah itu?
Kepada kamu,
Pria Pertama.
Kamu selalu saja bisa menjadikan sepikanku bahan sepikan balik. Dasar cerdas!
Seseorang pernah memberitahuku, "pria tampan membuka matamu, pria cedas membuka pikiranmu, pria sejati membuka hatimu."
Sayangnya aku lupa bertanya, bagaimana jadinya jika aku bertemu pria yang punya semuanya? ;)
Kepada kamu,
Pria Tunggal.
Kita selalu saja mendebatkan segala hal. Dan aku, (kau sudah tau) lahir sebagai pemenang.
Tapi tahukah kamu? Kadang, setelah aku memenangkan perdebatan kita yang bahkan tak kau lombakan. Aku tak henti berpikir.
Semua argumenmu seolah merasuk dalam aliran nadiku menuju cerebrum.
Dan demi semesta, aku benci mengakui bahwa kau, mungkin saja, separuh benar. (jangan paksa aku mengakuinya sekali lagi)
Kemudian diatas segala pesan samar yang kau sampaikan dalam surat terakhirmu,
Aku akan tetap menjadi aku yang mencintaimu tanpa pertimbangan.
Terlepas izinmu mengiringiku atau tidak.
Kepada kamu,
Pria Satu-satunya Nomor Satu.
Aku tersanjung sekaligus cemas atas isi suratmu kemarin yang mengatakan akulah petunjukmu.
Pertama, aku tersanjung.
Karena ternyata hatiku yang berujar "Tuhan, Kaukah itu?" tiap melihatmu, ternyata nyaris kau rasakan juga.
Kedua, Aku cemas.
Karena sebenarnya, akupun tak seputih yang kau kira. Aku cemas ekspektasimu akanku, kelak menghancurkan apa yang telah kita punya. Aku cemas jika kau mengenal sisi gelapku, kau akan serta merta melenggang pergi menjauh.
Aku cemas pada kecemasanku.
Semoga kecemasanku tidak beralasan,
Sabtu, 12 Januari 2013
Sepotong Jigsaw Puzzle
Kepada kamu,
Ksatria di Semesta Hatiku.
Entah darimana surat ini hendak ku mulakan.
Aduh, jangan senyum, tunggu, aku belum siap! Ah, itu cahaya dalam mata kamu tolong redupkan sedikit. Nah iya. Sekarang sedikit lebih baik.
Awal surat yang kikuk sepertinya, aduh jadi ingat bagaimana kita bermula. Apa dulu aku sekikuk ini juga? Ah..
Baiklah mungkin itu memang keahlianku, atau mungkin itu efek dari tatapanmu. Siapa suruh melelehkanku. Iya, sepertinya memang salahmu. Hahaha, Ingat? aku tidak suka salah maupun kalah!
Pasti sekarang kamu sedang tersenyum, tidak, aku tidak ingin membayangkan mungkin kamu sekarang sedang menertawakan surat ini dengan berpikir "dasar tukang sepik!" jadi aku lebih memilih mengira kau sedang tersenyum. Ya, cukup. Aku jelas menyalahkanmu kalau sampai penyakit diabetes menyerangku. ;)
Baiklah, cukup basa-basinya. Setelah paragraf ini, izinkan aku menceritakan tentangku, sebagian aku yang mungkin belum cukup kau kenal.
Beberapa kali kita mendebatkan tentang apa itu Cinta.
Hingga hari ini aku telah sampai pada titik mempercayai bahwa Cinta itu, tahan menderita.
Ya, Cinta itu tahan menderita.
Membisikkan gema kebencian terbang bersama marahku dan dengung
doa seolah meraung di telingaku sendiri.
Aku sempat lupa,
Ada foto tua di linimasa, yang kepadanya aku merasa begitu tak berharga,
lalu bertepuk tiga kali sebelum menikmati luka. Bahagiamu yang sempat karenanya.
Aku memejamkan mata sambil membayangkanmu tersenyum begitu bahagia,
meski aku tak sedang bersamamu.
"Tak mengapa" - sangakalku.
Seolah jarak bukan lagi jerat, bukan sebuah sekat yang membuat
kita merasa sakit dalam keterasingan dan sepi.
Tersisih dari riuh kata-kata rindu, dan terpilih sebagai anak-anak piatu.
Walaupun aku sempat merasa jauh hingga mulai merintih, berseru - atau mengaduh?
Seperti merasakan sakit yang belum juga mau sembuh.
Ingat, aku pernah menjanjikan akan menyembuhkan luka hatimu perlahan?
Tapi kau tak pernah menyadari, jika aku mampu menyembuhkan luka hati, tentu yang seharusnya kusembuhkan bukanlah milikmu atau orang lain.
Kepada S.
Aku terpikat pada jigsaw puzzle yang kau punya, dosakah aku menginginkannya untukku dan mengingkarkan ia yang melingkarkan janji di tanganmu?
Hari ini saja, izinkan aku menikmati dosaku tanpa rasa bersalah.