November.
Kita dipertemukan dengan cara yang tak lazim, dalam ribuan alunan doa tak bersuara dari sebuah kehilangan akan seorang teman, guru, sahabat, dan kekasih.
Kamu datang, membuka tangan, memelukku.
Mengangkatku dari kesedihan yang kala itu mulai menguasaiku.
Perempuan dengan bunga mawar pada namanya.
Kamu terlihat begitu ceria, padahal aku tahu, kita tengah rasakan kehilangan yang sama. Kehampaan yang sama.
Kamu perempuan kuat.
Atau berpura kuat.
Ah itu, yang aku kagumi dari kamu meski kadang kau bersikap menyebalkan dan keras kepala.
Keras kepala yang kutahu hadir karena luka-luka yang lacur kau abaikan. Persis milikku.
Kerasnya kepala kita berdua itulah yang sering kali mengantar kita pada teriakan-teriakan penuh amarah, yang ku tahu, sebenarnya karena kita telah lebih dulu saling menyayangi.
Tidak sedikit kesalahpahaman yang kemudian menjauhkan kita.
Tapi engkau selalu kembali.
Kita selalu menemukan satu sama lain.
Lalu atas hal ini dan itu, kita kembali menemui persimpangan.
Tak ada teriak, emosi, dan amarah kali ini.
Kau yakin dengan jalanmu.
Aku telah memilih jalanku
Sampai pagi ini ketika rindu tiba-tiba saja datang dengan sembrono nya.
Kucari kamu di persimpangan,
kutemukan,
kau telah jauh melangkah
...dan menghilang.
Purwokerto, 2014.
12:49
hujan dan setumpuk ingatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar