Genap dua hari aku tertegun membaca linimasa dari seorang yang sebelumnya kukira tahu betul bagaimana (yang kukira sebelumnya adalah) cara menikmati hidup.
Kemudian, aku memanusiakan ia yang tadinya kudewakan.
Aku mulai mencerna satu-persatu tawa yang ia bagi melalui kata-kata di linimasanya.
Aku semakin merasakan pedih yang dengan keras berusaha dialih.
Itulah dia.
Sosok yang menertawai luka hati,
Sosok yang sebenarnya acuh pada diri sendiri dan menyimpan banyak peduli dengan amat hati-hati.
Aku menemukan kepercayaan diri yang kerdil dalam kesombongannya.
Aku menemukan hati yang lapang pada amarahnya.
Aku menemukan luka yang amat dalam pada kediamannya.
Aku menemukan sedikit getir, pada tiap kata yang tadinya, mampu membuatku terbahak tiap membacanya.
Pada tiap kata yang tak tertulis,
Pada tiap kata yang ditulis, kemudian dihapus,
Pada tiap kata yang tersimpan rapi di draft.
Pada tiap tawa yang kau hadirkan untuk merayakan luka.
Kupersembahkan tulisan ini.
Disana, kata-kataku menemukan Tuhannya.
Mei, 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar