Halo, cinta yang jauh dimata.
Aku tidak pikun sayang,
Justru kau yang pikun.
Tidak ada badai malam itu,
mungkin di dalam kepalamu iya, badai, sedang berkecamuk dengan ganasnya dan memporak-porandakan ingatanmu tentangku hingga bercampur dengannya.
Tidak apa sayang,
memang nyatanya sulit merubah rutinitas, apalagi rasa.
Kala itu aku tahu sayang,
Hatimu padaku tak genap separuh.
Perhatianmu padaku pun tak pernah utuh.
Masih ada siluet dirinya yang kulihat jauh di dalam matamu,
di sudut hatimu.
Bukan sayang,
aku tahu bukan kau tak ingin menghapusnya,
aku tahu kau sangat ingin.
Hanya saja,
memang tak pernah mudah menduakan dia yang tadinya kau dewakan.
Perlahan saja.
Akupun masih meminum kopi panas tanpa gulaku teguk demi teguk.
Agar apabila sampai pada sesap terakhir,
bukan pahit ampas kopi lagi yang kurasa,
..tapi cinta tanpa dusta, rasa kembang gula.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar