Apa Nggak Ada Kalau Aku Ditulis Otakku Jalan Udah Senyum
Segelas kopi dingin. Piring pancake yang sudah kosong
separuh. Seulas senyum hangat. Keping hati yang tertinggal separuh, rapuh.
Ah separuh penuh atau separuh kosong? Mindset.
Aku selalu ingat apa yang kau katakan padaku sore itu; “senyum adalah satu-satunya ibadah yang
bisa kau beri tanpa pengorbanan” sedikit
banyak kalimat itulah yang kupegang sebagai apa yang kuyakini, ditulis jelas bukan hanya di otakku tapi juga tertanam jauh di
hatiku. Senyum inilah satu-satunya senjata yang kupunyai saat ini, sedalam
apapun luka yang kumiliki, sebanyak apapun darah yang kualirkan diam-diam, di
dalam sini, tak akan pernah kutunjukan pada sesiapapun orang itu. Ini jalan yang kupilih. Ini jalan yang
kusepakati untuk menjadi takdirku. Mungkin pada perjalanannnya nanti aku akan
terus berteriak “Udah! Nggak!” aku
tahu. Jauh di dalam sini. Aku tidak akan pernah berhenti. Aku tidak akan
menyerah. Senyum itu akan selalu ada.
Setengah gelas susu cokelat dingin. Dua potong waffle.
Setengah hati yang sama-sama belajar tersenyum dalam kepura-puraan. Dua potong
hati yang pernah patah.
Kalau saja salah satu
dari kita berani menelan gengsi.
#11
08.54
Sepuluh kata, kamu, dan banyak cerita.
Breadtoast
Agustus 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar