Pada detik sang mata dewa merayap turun
Kita menabur benih senyum
Menyerupai bunga matahari yang hanya sekuntum
Aku menggambarkan kesepian yang dikulum
Sesudahnya tak sempat dipetik karena gugur dikala ranum
Kemudian siluet sebuah warna datang
Ia menjelas menjelang petang
Mengintip dibalik cahaya terang
yang perlahan berubah remang-remang
Aku menatap dengan gamang
diantara dua perkara yang semula kuanggap gampang
Cepat, waktu memburu
Erat, peluk cemburu
Aku, tergugu bisu...
#20
Juli, 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar