Genggam tanganmu yang remuk adalah alasan mengapa jemariku tak pernah erat menggamitnya kembali.
Pada tatapmu yang gerhana kuminta secarik teduh yang tak kudapatkan ketika terangmu beringas, membuat mataku buta.
Tetapi kau memberiku bingkisan jejak tak kasatmata di kulitku dan rajah kenangan yang tidak pula musnah.
Kau tak pernah bersahaja bagiku, menerobos kamu seperti menerobos rimba belukar tanaman rambat yang bertumbuhan kembali tiap aku menebasnya.
Dan dengan senang hati menjeratku dengan rantingnya yang lentur dan menggantungku di udara.
Lalu melemparku.
Atas nama ruang.
Ruang yang terlalu luas dan tak terjangkau rengkuh peluk kita, kau menabari batas-batas itu menjadi aku dan kamu.
Di dinding ini,
Aku terpencil, terkucil darimu.
-JE
Tidak ada komentar:
Posting Komentar