Aku akan menceritakan kepada kalian sebuah kisah yang menyerupai dongeng sebelum tidur. Kisah ini bercerita tentang seorang Ksatria yang melindungi seorang putri dari monster jahat. Hanya saja cerita ini sedikit berbeda dari biasanya. Tidak ada dahulu kala sebagai awal mula kisah ini, ini cerita seorang Ksatria dan Putri di zaman modern.
Ksatria ini tak pernah mengenakan baju zirah yang kokoh dan berkilau seperti di negeri dongeng, sebaliknya, ia hanya mengenakan selembar baju yang sederhana dibasuh tetes kristal hasil lelahnya.
Tubuhnya tak kekar bahkan penuh lemak disebagian tempat, namun tak pernah sekalipun sang putri menemukan tempat bersandar senyaman itu.
Kendaraannya bukan merupakan kuda jantan yang tegap dan gagah, namun hanya sebuah motor tua yang setia menemaninya kemanapun ia pergi.
Senjatanyapun bukan pedang excalibur milik Raja Arthur yang begitu megah, hanya ilmu pengetahuan yang tak pernah lelah ia cari hingga ke ujung dunia.
Dan sang putri bukanlah putri anggun yang penuh kesempurnaan, ia adalah seorang putri kecil yang bandel.
Tidak ada kastil megah yang indah sebagai tempat tinggal sang putri, digantikan sepetak rumah yang sederhana dan penuh tawa.
Dan monster yang Ksatria ini lawan jauh lebih mengerikan dari yang tergambar pada buku cerita anak-anak,
tidak, ia tidak bertaring dan buruk rupa. Dia adalah ketamakan,
keangkuhan, kebodohan, dan keburukan hati yang terbalut rapi dalam
wajah-wajah malaikat.
Tiap hari, selama 30 tahun lebih, Ksatria memerangi berbagai macam monster tanpa rasa takut, tanpa rasa lelah.
Dia berperang tanpa pamrih, meski perjuangannya tak pernah dianggap berarti oleh sebagian orang.
Tak hanya seorang putri yang ia selamatkan, tapi ratusan, bahkan ribuan orang lain putra dan putri penerus bangsa yang ia perangi monster didalam tubuh-tubuh kecil tanpa dosa.
Namun tetap, seorang putri itulah yang menjadi prioritas dalam hidupnya, yang menjadi alasan baginya memerangi sejuta monster di zaman yang modern ini.
Ksatria yang berjuang tiap hari tanpa lelah dan penuh kasih sayang kepada semua orang, ksatria hawa yang berprofesi sebagai guru SD.
Ksatria yang membuatkan bubur hangat saat aku, putri bandelnya, sakit.
Ksatria yang tak tidur saat putri kecilnya menghadapi ujian.
Ksatria yang tak pernah hilang sabar saat mengasuhku.
Ksatria Hawa ku, Ibu.
Purwokerto, 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar