Love In The Rain

Love In The Rain
...di tempat ini, hujan dinanti setiap hari...

Rabu, 25 April 2012

Kepada Aku di Masa Depan

Kepada Aku,
Di Tahun ke-7 setelah aku menulis surat ini.

Hai, Nia!
Masih suka bermain dengan dunia ini? Dunia dimana kamu bebas merajut huruf menjadi kata, frasa, kalimat yang menggenapi pikiranmu.
Kuharap masih, Nia. Kuharap kau tidak lantas meninggalkan kebiasaanmu menulis, karena di zamanku ini, kau tahu? Menulis menjadi satu-satu nya obat penghilang stres tanpa efek samping.
Bagaimana hidupmu sekarang, Nia?
Aku jamin lebih indah. Setidaknya sekarang ada seseorang yang selalu berada disampingmu sekedar untuk mengingatkanmu makan dan tidur.
Kau mencintainya kan? Seandainya tidak, jatuh cintalah, Nia. Jatuh cintalah sekali lagi kepadanya. Karena aku tahu, kau tidak akan sembarangan memilih partner untuk menemani sisa hidupmu.
Bagaimana aku tahu? Tentu aku tahu, Nia. Aku adalah kau dimasalalu.

Nia,
Semoga dari hari ke hari, minggu ke minggu, bulan ke bulan dan tahun ke tahun, kau mengurangi segala kebiasaan burukmu. Di usia ini kau pasti lebih bijaksana, Nia. Tidak lagi menjadi gadis kecil yang egois dan keras kepala. Tolong katakan aku benar.
haha.. Aku tahu, sekarang pun kau sedang tersenyum, membayangkan menjadi aku dimasa sekarang. Dan memikirkan ulang, apa yang kupikirkan saat menulis surat ini.
Tertawalah, Nia. Karena memang itu tujuanku menulis surat ini.
Agar kau tak pernah lupa caranya tertawa, tak pernah lupa cara melengkung senyum.

Aku tahu, di usiamu sekarang, tidak sedikit hal-hal yang kadang membuatmu lelah. Apalagi kau seorang bidan (aku harap kau jadi bidan yang baik, mengingat bagaimana dulu kelakuanmu di smester awal, aku jadi tertawa). Dimana ketukan pintu di malam hari dan pagi buta adalah sahabatmu.
Dimana tangisan seorang anak yang baru mengenal bumi, adalah wujud sujud tertinggimu.

Dear, Nia.
Semoga selama kau menjadi bidan, kau masih idealis dan memegang teguh prinsip yang kupegang sekarang.
Jangan jadikan bidan sebagai profesimu, Nia. Jangan jadikan Bidan sebagai alat pencari nafkah duniawi. Kau bisa mendapat uang dari mana saja, tapi jangan pernah mengambil keuntungan dari menolong orang. Dari awal, kau tidak pernah takut menjadi miskin.

Tanamkan pemikiran tersebut pada anak-anakmu ya? Bila ternyata kau mencari nafkahmu dengan menjadi bidan hingga (kuharap tidak!) mengambil keuntungan dari kesusahan pasienmu, sungguh. Jangan jadikan mereka sepertimu.

Eh, siapa suamiku kelak?
Pastilah dia orang yang sangat penyabar, sampaikan salamku untuknya :)
Kurangi keras hatimu sedikit, Nia. Kau tentu ingin melihatnya tersenyum bersamamu bukan?
(aku tahu sekarang kau menaikkan alis kananmu, dan menarik sedikit ujung-ujung bibirmu)
Seperti apapun hidupmu sekarang, semoga kau tak pernah lupa bersyukur.
Aku tahu kita sedang sangat bahagia.


Regards,
Ishtar Summer


N.B : Ishtar summer? ingatkah? itu nama yang kita gunakan di zaman ini, aku tahu. kau pasti sedang menertawainya sekarang. Pertahankan senyummu, Nia. ;)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar