aku semesta mu yang semestinya kau peluk semesra dia,
yang justru kau abaikan, kau tinggalkan semudah luka.
aku mimpi yang kau tinggalkan semenjak kau kutunggalkan,
yang kini kau tanggalkan tanpa beban.
aku hujan yang tadinya kau tunggu tanpa henti,
yang kini datangnya enggan lagi kau nanti-nanti.
aku selembar kertas yang menemanimu tanpa batas,
yang kemudian tercoreng-moreng hingga tak berarti dan berbekas.
aku tetes kopi yang tersisa disudut bibirmu,
yang enggan kau bersihkan, enggan kau habiskan.
aku isi tinta yang tercecer saat kau mengambilnya sedikit,
untuk melengkapi puing kenang yang kau tumpah diatas kertas.
aku coretan pertama dibalik mahakaryamu,
yang kau gunakan untuk memulai, kemudian kau abai.
aku kaca jendela yang kau pandang setiap hari,
melindungimu begitu kokoh namun tak pernah terpantul di kedua
matamu bayangnya.
aku vas bunga di meja kerjamu,
menemani letihmu, menyegarkan pandanganmu saat penat enggan khianat,
yang selalu alpa kau tiup debunya.
aku empang yang setia menemani sepimu,
yang rela kau lempari tubuhnya dengan batu demi menghilangkan jenuh.
aku pintu berderak disamping kamarmu,
yang enggan kau lewati, yang setia menanti kau kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar