Love In The Rain

Love In The Rain
...di tempat ini, hujan dinanti setiap hari...

Senin, 30 April 2012

Ksatria Hawa

Aku akan menceritakan kepada kalian sebuah kisah yang menyerupai dongeng sebelum tidur. Kisah ini bercerita tentang seorang Ksatria yang melindungi seorang putri dari monster jahat. Hanya saja cerita ini sedikit berbeda dari biasanya. Tidak ada dahulu kala sebagai awal mula kisah ini, ini cerita seorang Ksatria dan Putri di zaman modern.
Ksatria ini tak pernah mengenakan baju zirah yang kokoh dan berkilau seperti di negeri dongeng, sebaliknya, ia hanya mengenakan selembar baju yang sederhana dibasuh tetes kristal hasil lelahnya.
Tubuhnya tak kekar bahkan penuh lemak disebagian tempat, namun tak pernah sekalipun sang putri menemukan tempat bersandar senyaman itu.
Kendaraannya bukan merupakan kuda jantan yang tegap dan gagah, namun hanya sebuah motor tua yang setia menemaninya kemanapun ia pergi.
Senjatanyapun bukan pedang excalibur milik Raja Arthur yang begitu megah, hanya ilmu pengetahuan yang tak pernah lelah ia cari hingga ke ujung dunia.
Dan sang putri bukanlah putri anggun yang penuh kesempurnaan, ia adalah seorang putri kecil yang bandel.
Tidak ada kastil megah yang indah sebagai tempat tinggal sang putri, digantikan sepetak rumah yang sederhana dan penuh tawa. 
Dan monster yang Ksatria ini lawan jauh lebih mengerikan dari yang tergambar pada buku cerita anak-anak, tidak, ia tidak bertaring dan buruk rupa. Dia adalah ketamakan, keangkuhan, kebodohan, dan keburukan hati yang terbalut rapi dalam wajah-wajah malaikat.
Tiap hari, selama 30 tahun lebih, Ksatria memerangi berbagai macam monster tanpa rasa takut, tanpa rasa lelah.
Dia berperang tanpa pamrih, meski perjuangannya tak pernah dianggap berarti oleh sebagian orang.
Tak hanya seorang putri yang ia selamatkan, tapi ratusan, bahkan ribuan orang lain putra dan putri penerus bangsa yang ia perangi monster didalam tubuh-tubuh kecil tanpa dosa.
Namun tetap, seorang putri itulah yang menjadi prioritas dalam hidupnya, yang menjadi alasan baginya memerangi sejuta monster di zaman yang modern ini.
Ksatria yang berjuang tiap hari tanpa lelah dan penuh kasih sayang kepada semua orang, ksatria hawa yang berprofesi sebagai guru SD.
Ksatria yang membuatkan bubur hangat saat aku, putri bandelnya, sakit.
Ksatria yang tak tidur saat putri kecilnya menghadapi ujian.
Ksatria yang tak pernah hilang sabar saat mengasuhku.
Ksatria Hawa ku, Ibu.

Purwokerto, 2012

Rabu, 25 April 2012

Kepada Aku di Masa Depan

Kepada Aku,
Di Tahun ke-7 setelah aku menulis surat ini.

Hai, Nia!
Masih suka bermain dengan dunia ini? Dunia dimana kamu bebas merajut huruf menjadi kata, frasa, kalimat yang menggenapi pikiranmu.
Kuharap masih, Nia. Kuharap kau tidak lantas meninggalkan kebiasaanmu menulis, karena di zamanku ini, kau tahu? Menulis menjadi satu-satu nya obat penghilang stres tanpa efek samping.
Bagaimana hidupmu sekarang, Nia?
Aku jamin lebih indah. Setidaknya sekarang ada seseorang yang selalu berada disampingmu sekedar untuk mengingatkanmu makan dan tidur.
Kau mencintainya kan? Seandainya tidak, jatuh cintalah, Nia. Jatuh cintalah sekali lagi kepadanya. Karena aku tahu, kau tidak akan sembarangan memilih partner untuk menemani sisa hidupmu.
Bagaimana aku tahu? Tentu aku tahu, Nia. Aku adalah kau dimasalalu.

Nia,
Semoga dari hari ke hari, minggu ke minggu, bulan ke bulan dan tahun ke tahun, kau mengurangi segala kebiasaan burukmu. Di usia ini kau pasti lebih bijaksana, Nia. Tidak lagi menjadi gadis kecil yang egois dan keras kepala. Tolong katakan aku benar.
haha.. Aku tahu, sekarang pun kau sedang tersenyum, membayangkan menjadi aku dimasa sekarang. Dan memikirkan ulang, apa yang kupikirkan saat menulis surat ini.
Tertawalah, Nia. Karena memang itu tujuanku menulis surat ini.
Agar kau tak pernah lupa caranya tertawa, tak pernah lupa cara melengkung senyum.

Aku tahu, di usiamu sekarang, tidak sedikit hal-hal yang kadang membuatmu lelah. Apalagi kau seorang bidan (aku harap kau jadi bidan yang baik, mengingat bagaimana dulu kelakuanmu di smester awal, aku jadi tertawa). Dimana ketukan pintu di malam hari dan pagi buta adalah sahabatmu.
Dimana tangisan seorang anak yang baru mengenal bumi, adalah wujud sujud tertinggimu.

Dear, Nia.
Semoga selama kau menjadi bidan, kau masih idealis dan memegang teguh prinsip yang kupegang sekarang.
Jangan jadikan bidan sebagai profesimu, Nia. Jangan jadikan Bidan sebagai alat pencari nafkah duniawi. Kau bisa mendapat uang dari mana saja, tapi jangan pernah mengambil keuntungan dari menolong orang. Dari awal, kau tidak pernah takut menjadi miskin.

Tanamkan pemikiran tersebut pada anak-anakmu ya? Bila ternyata kau mencari nafkahmu dengan menjadi bidan hingga (kuharap tidak!) mengambil keuntungan dari kesusahan pasienmu, sungguh. Jangan jadikan mereka sepertimu.

Eh, siapa suamiku kelak?
Pastilah dia orang yang sangat penyabar, sampaikan salamku untuknya :)
Kurangi keras hatimu sedikit, Nia. Kau tentu ingin melihatnya tersenyum bersamamu bukan?
(aku tahu sekarang kau menaikkan alis kananmu, dan menarik sedikit ujung-ujung bibirmu)
Seperti apapun hidupmu sekarang, semoga kau tak pernah lupa bersyukur.
Aku tahu kita sedang sangat bahagia.


Regards,
Ishtar Summer


N.B : Ishtar summer? ingatkah? itu nama yang kita gunakan di zaman ini, aku tahu. kau pasti sedang menertawainya sekarang. Pertahankan senyummu, Nia. ;)

Ucapan Selamat yang Datang terlalu Cepat

Ramadhani Endah Wulansari,
Rumah dari segala berkah kemenangan, keindahan, serta sebuah benda langit yang membiaskan cahaya surya.

Kau tahu benar bahwa aku bukan perajut kata-kata yang baik.
Sebab aku hanya menuliskan apa yang kupikirkan, tanpa melebih-lebihkan.

Bagaimana kabarmu, Wulan?
Bahagiakah kamu memilih maju, melangkah jauh kedepan meninggalkan semua harapan?

Kau pilih takdirmu, Wulan.
Pria itulah yang kau pilih untuk melebarkan pintu surgamu,
menciptakan surga kecil yang sederhana namun penuh makna dan tawa.
Jalani, Wulan. Genapi nasibmu sendiri.

Kau mau tahu?
Dua bagian tubuh terjauh dan paling sulit tersentuh dari manusia itu apa?
Ya, mungkin kau berhasil menebaknya.
Yang pertama, hati.
Yang menggenapinya, otak.
Mereka berhubungan Wulan. Hanya saja, jarang sejalan. Dan terpaut jarak yang teramat jauh.
Yah jadi menurutku pejuang LDR yang sesungguhnya bukan antara dua kekasih yang dipisahkan jarak sejauh ribuan kilometer.
Tapi hati dan otak.
Sejauh apapun mereka berbanding terbalik, mereka tak pernah saling memutuskan. Mereka selalu berhubungan.

Rumit ya, Wulan?
padahal aku yakin kau pernah mengalaminya sendiri.
Pernahkah kau merasa begitu menginginkan seseorang hingga rela menggadaikan nyawamu, dilain pihak dialah sumber rasa sakitmu yang sesungguhnya?
Pernahkah kau begitu membenci seseorang karena perbuatannya, tapi tak pernah sedikitpun lepas melupakan bayangannya?
Hubungan antara hati dan otakmu itulah yang kemudian mendamaikan oxymoron tersebut.

Sekarang, percayalah padaku.
Percayalah jarak antara keduanya tak akan pernah merusak satupun jaringan tubuhmu.
Percayalah kau mampu memposisikan mereka secara seimbang.
Percayalah, tak peduli sedalam apa pisau itu tertancap, tak mau tahu sebanyak apa air mata yang telah kau tumpahkan, selelah apa kau berjuang. Tidak ada yang sia-sia.
Percayalah, bahwa hidup akhirnya harus bahagia.
Hidup adalah drama komedi yang terkadang, hanya butuh ditertawakan
Percayalah :)

Esok, dan pagi-pagi setelahnya,
saat kau terbangun dan menyadari usiamu bertambah, atau mungkin malah berkurang?
Entahlah aku juga bingung dengan konsep menambah atau mengurangi jumlah di setiap ulang tahun seseorang.
Aku harap kau terbangun dalam keadaan bahagia, tanpa pernah lagi merasa pahit.
karena cinta yang baik, meski meninggalkan luka, tak akan pernah menjadi sesal.

Adikmu,
Ishtar Summer

Mr. Knowing-All

"Benci! Benci! Benci! Aku benci kekalahan. Aku benci keadaan ini. Aku benci menjadi lemah. Aku benci, sungguh membenci hingga hilang kendali. Sangat membenci, hingga belum pernah kumerasa benci sebenci ini!"

"Bencilah keadaan ini bencilah sebenci bencinya !!! Karena dengan kebencian itu kamu akan bisa kembali berdiri tegak layaknya seorang ratu di atas papan catur."

"Benar! Aku akan membenci. Sepenuh hati. Tak akan berhenti sampai akhir! Kemudian aku akan kuat dengan kebencianku. Aku akan berdiri tegak menertawakan keadaan. Meludahi takdir. Ya, Aku akan!"


"Ya, nikmatilah kebencianmu! Untuk sekarang berdampinganlah dengan itu. Dan pada saatnya nanti biarkan kebencian akan pergi membawa seluruh beban dan air mata dengan cara yang paling indah."

Sekarang, aku menang.
Kau benar, air mata dan beban bukanlah takdirku.
Terimakasih Adityo Sandhy Putra.



p.s. : sudah benarkah aku mengeja namamu Mr. Knowing-all?

Pria Sebelum Engkau

pria itu,
pria yang menyentuh hatiku,
pria yang membuka pintunya dengan sangat lembut,
pria yang selalu tersenyum dengan tulus kini telah enggan padaku
dia telah jatuh pada seorang gadis, yang lebih dulu singgah di mimpinya, dulu ..
dia datang memberiku cinta, mengenalkanku pada bahagia, menghampiriku dengan angan keindahan
dia pergi, meninggalkan bekas luka yang dalam, amat dalam, mengajariku dewasa, memberitahuku apa itu perih
pria itu,
pria yang menyentuh hatiku,
pria yang membuka pintunya dengan sangat lembut,
kini terbang, jauh jauh jauh hingga tak terjangkau
aku kepayahan menggapainya, meminta, memohon, mengemis, meratakan harga diriku dengan tanah
bahkan menyembah
tapi dia tak goyah untuk terbang, jauh jauh jauh
semakin keras ak memanggil, berteriak, menangis, menjerit namun ia tak juga kembali
pria itu,
yang tadinya merupakan priaku
adalah dia yang tuls kucintai, selalu selalu selalu
kini pergi jauh jauh jauh

aku sudah bernyanyi tapi kau tak juga menari
aku sudah menangis tapi kau tak juga mengerti
apakah aku harus bernyanyi sambil menangis agar kau kembali ?

Aku Ishtar

akulah ishtar,
dewi cinta yang kau benci
dewi perang yang kau nanti
immortal yang kemudian mati pada hati

kau jatuh hati yang kuhindari
janji yang tak ingin kutepati
bahagia yang kuingkari

aku mencintaimu dengan hati-hati
melepaskan sayapmu untuk terbang pergi

kemudian, airmata ini kunikmati sendiri.


-IshtarSummer

Selasa, 24 April 2012

Ketika

Tanyakan pada laki-laki itu tentang duka akibat perpisahan, 
dia tidak akan menjawab apa-apa, kecuali awan mendung di wajahnya.
Tanyakan pada laki-laki itu tentang perihnya pengkhianatan, 
kau akan melihat tangannya mengepal, dan rahangnya mengeras karena amarah.
Tanyakan pada laki-laki itu pedihnya kehilangan orang yang disayang, 
dia masih bertahan dalam bisunya tapi dia akan menatap matamu tajam, 
seperti elang yang terluka.
Tetapi, coba tanyakan padanya, mengapa sudi dipecundangi cinta. 
Yakinlah, laki-laki itu pasti akan tertawa. 
Menertawakan pertanyaan mu sambil berkata, 
"Kalau kau pernah mengecap cinta, kau tak akan pernah bertanya."

pada cinta yang baik

Ayo kita sama-sama berjuang,
sampai salah satu dari hati kita kelelahan.
Aku tidak akan memaksakan diri berjuang sendirian.
Itu baru cinta yang baik.

Karena pada cinta yang baik,
kenangan setelahnya bermuara pada genangan luka yang tenang
tanpa pernah ada riuh penyesalan.

Karena pada cinta yang baik, kita akan berjalan seirama.
Saat kemudian jatuh, ia memberi ketabahan luka yang senada.

Karena pada cinta uang baik, katamu, hanyalah kebahagiaan yang menanti
untuk dikenang. Demikian, berulang-ulang.


Minggu, 22 April 2012

Eksistensi Kita

aku membenci pikiran-pikiran yang begitu lancang bersemayam
ribuan curiga berebut tempat di satu ruang bernama cemburu
membunuh rindu dengan gengsi
menjauhkan logika dan hati
sejuta percaya tak juga mengenyahkan rasa yang terus mengada-ada
amarah menjadi raja-raja, emosi menjadi dewa-dewa
sedang cinta? tak berdaya bagai rakyat jelata

disana, aku merasa kehilangan eksistensi kita.

Jumat, 20 April 2012

sebelas aku yang kau sangkal adanya

aku semesta mu yang semestinya kau peluk semesra dia,
yang justru kau abaikan, kau tinggalkan semudah luka.

aku mimpi yang kau tinggalkan semenjak kau kutunggalkan,
yang kini kau tanggalkan tanpa beban.

aku hujan yang tadinya kau tunggu tanpa henti,
yang kini datangnya enggan lagi kau nanti-nanti.

aku selembar kertas yang menemanimu tanpa batas,
yang kemudian tercoreng-moreng hingga tak berarti dan berbekas.

aku tetes kopi yang tersisa disudut bibirmu,
yang enggan kau bersihkan, enggan kau habiskan.

aku isi tinta yang tercecer saat kau mengambilnya sedikit,
untuk melengkapi puing kenang yang kau tumpah diatas kertas.

aku coretan pertama dibalik mahakaryamu,
yang kau gunakan untuk memulai, kemudian kau abai.

aku kaca jendela yang kau pandang setiap hari,
melindungimu begitu kokoh namun tak pernah terpantul di kedua
matamu bayangnya.

aku vas bunga di meja kerjamu,
menemani letihmu, menyegarkan pandanganmu saat penat enggan khianat,
yang selalu alpa kau tiup debunya.

aku empang yang setia menemani sepimu,
yang rela kau lempari tubuhnya dengan batu demi menghilangkan jenuh.

aku pintu berderak disamping kamarmu,
yang enggan kau lewati, yang setia menanti kau kembali.

Selasa, 17 April 2012

sketsa

selembar dua lembar tiga lembar serak kertas
secangkir kopi hitam tanpa tatakan
percikan tinta yang kau biarkan
di ruang redup cahaya itu kau mengenang pandang
tanganmu kokoh, tegas menggores satu-satu garis membentuk tangis
tak satu keraguan, tak satu alpapun
sesekali kau hentikan sejenak
mengambil jeda untuk mengagumi karyamu
meneruskannya, menghabiskan malammu
kemudian kau tertegun,
didalamnya ada aku yang menyembunyikan tangis
membunyikan sunyi, menyuarakan kuat, mendiamkan luka.
akulah mahakarya yang kau cipta.

Purwokerto, 2012.

pangeranku

aku pernah membaca satu puisi. entahlah ini puisi atau sajak. tulisan ini terasa sangat sendu dan menyentuh kalbu. siapapun ia yang menulis. sungguh, ia pernah merasa aku. sila membaca. :)

Pangeranku milik banyak orang,
padahal yang mencintainya benar,
hanya aku seorang.
tapi bukan berarti aku menang.
karena ia telah menjalin benang
dengan perempuan yang pertama disayang.
lalu aku disini, cuma bisa mengenang.
apa yang telah dia berikan,
cukup membuatku senang,
walaupun cinta tidak tenang
dan nyaris tak bisa dipinang,
dan membuatku seakan-akan belang

Selasa, 10 April 2012

tentangmu hari ini

Hari ini harimu.
eh aku belum menyapa ya?
aku terlalu sangsi bahkan untuk sekedar berbasa-basi, ah.
pagi !
entah saat apapun disana, aku memimpikan selalu memberi sapaan selamat pagi untukmu.
sepertinya malah terlalu banyak basa basi ya?

apa yang kau lakukan hari ini?
menyenangkan kah untukmu?
kemana saja kau hari ini?
bersama siapa saja kau menghabiskan hari ini?
kepada siapa kau ucapkan selamat pagi hari ini?
sehatkah kau hari ini?
tertawakah kau hari ini?

tentangmu hari ini, aku hanya peduli.

baiknya,

begini saja,
mari berpisah saat kita sedang cinta-cintanya,
saat sedang bahagia-bahagianya,
saat sedang setia-setianya,
agar hanya kenangan baik tentangmu yang tersisa
dan tak pernah berubah menjadi luka
meski berdua tak lagi nyata
aku dan kau bisa bahagia tanpa harus menjadi kita

Bunga Flamboyan

Senja itu
Flamboyan berguguran
Seorang dara memandang
Terpukau

Satu-satu
Daunnya berjatuhan
Berserakan di pangkuan bumi

Bunga flamboyan itu diraihnya
Wajahnya terlihat sayu
Flamboyan berguguran
Berjatuhan, berserakan

Sejak itu sang dara berharapkan
Esok lusa kan bersemi kembali

Senin, 09 April 2012

ada

Sengaja aku tersenyum.
Agar kau pikir aku percaya kebohonganmu.
Dan kau pun percaya, mengira aku tidak terluka.
Padahal luka ini selalu ada, sejak lama, terawat sandiwara.
Perihnya memng tak lagi terasa, tapi luka ini selalu ada.
Dan akan terus ada.
Kamu bahagia? tentu saja, itulah yang selalu kumau dari awal mula.
Semenjak aku kau menjadi kita.
1-0 untuk Aku.

tiga jawab yang selalu dipertanyakan.

Kau huruf mati diawal dan ditengah. aku dua huruf yang menghidupkanmu. Lalu kau dan aku bergandengan menjadi kita. cinta.

Kau huruf mati di awal, tengah dan akhir. Aku dua huruf yang menghidupkanmu. Berdua kita menemukan kehangatan dan rasa nyaman. peluk.

Kau dua huruf mati, aku dua huruf hidup. Kita berdua saling silang demi melengkapi. Bersama, kita begitu mudah jatuh dan terluka. hati.

Jumat, 06 April 2012

senja sebelum engkau

kepada engkau, perempuan setelah aku.

kau mungkin berdua dengan nya
kau mungkin mengukir senyum di harinya
tapi kau tak kan mampu menghapus aku dari lukanya

bagaimana bisa kau tertipu
oleh tangisan pilu yang sebenarnya untukku?

akulah iblis dari masalalu yang kau takuti
akulah indah yang pernah dilalui
akulah hawa dingin yang menyelimuti

sebab letusan marah yang mencemburu
sebab rasa yang tetap dingin setelah cumbu
sebab eksistensi yang masih aku

engkau telah selesai, aku tertawa.
akulah kutub tolak yang masih bergejolak,
di diri priamu.

senja sebelum engkau.

Rabu, 04 April 2012

surat si manis

sedikit hal manis yang ingin kubagi, dari seorang yang kukagumi untuk seorang yang kucintai.
surat cinta ini indah sekali, isi hati seorang suami yang begitu mencintai sang istri. hey iya, kau lebih pantas tersenyum seperti itu, nah benar seperti itu, selamat membaca :)
Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu, karena aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya, dan kematian adalah sesuatu yang pasti.
Dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu. Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang, sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati. Hatiku seperti tak di tempatnya, dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi.
Kau tahu sayang, rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang.
Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang, pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada. Aku bukan hendak mengeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau disini.
Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu, sayang. Namun tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih terbaik. Mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua, tapi kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia, kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini.
Selamat jalan, Kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya.
Kau dulu tiada untukku, dan sekarang kembali tiada.
Selamat jalan sayang, cahaya mataku, penyejuk jiwaku.
Selamat jalan, calon bidadari surgaku.
-BJ. Habibie-

Senin, 02 April 2012

Love is...

Saat kau merasakan sekejap yang nafsu, sekelumit sajak, dan sedikit getaran nurani..sudah..kau telah mencintai.
Dan untuk melupakan-nya, bahkan meski telah berkali-kali kau bangkit dari kubur, belum tentu kau bisa melupakan bagaimana caranya berjalan.

Love is blind. love is blend. 

Ia mencampur aduk antara realita dan imaji, antara yang aceptable dan un- nya, semua menjadi gado-gado simulakrum yang enak dinikmati.
Maka wajar ketika orang rela lebur dalam kecintaan mereka pada apapun, entah yang bernama atau tidak.
Ah, sudahlah entah apa yang kubicarakan, izinkan sejenak aku bermain kata, terimakasih sudah membaca.

namun sayang,

jikalau aku dan kau dua planet yang mengarungi angkasa,
maka cinta adalah gravitasi yang diantara aku dan kau mengisi jeda
dia menarik-narik aku ke kau, kau ke aku
dia menolak-nolak aku ke kau, kau ke aku
saat gravitasi demikian keras bergolak
aku dan kau akan menjadi tak berjarak
aku dan kau melebur jadi kita
dua yang tak terkira
entenitas yang satu
tiada aku
tiada kau
aku adalah kau
kau adalah aku
kita menjadi cahaya, energi yang memijar menerangi semesta.

namun sayang,
aku mencintaimu sepenuhnya, kau mencintaiku tak sampai separuhnya