Love In The Rain

Love In The Rain
...di tempat ini, hujan dinanti setiap hari...

Jumat, 26 Juli 2013

Binatang Jalang Dan Tahun Yang Terus Berulang

Salam, Binatang Jalang.
Kau akan tetap hidup meski seribu tahun berselang
Karyamu tak akan berhenti dikenang
Sejuta tahun lagi dunia akan bersulang
Detak keberanianmu tak akan pernah hilang
Semangatmu akan terus meradang dan menerjang
Padanya kuberjanji pantang pulang sebelum menang
Hingga pedih perih perlahan berubah menjadi kenang
Keabadian membawamu pada masa dimana semua terang
Tak perlu lagi berlari membawa kecewa yang menggenang
Kita telah menang
Keadilan tak lagi belang
Luka dan bisa tak perlu kau bawa pulang

Sekarang, kau boleh tenang..


note: puisi ini ditulis pada hari puisi nasional tanggal 26 Juli 2013. Selamat Hari Puisi! Selamat Ulang Tahun, Binatang Jalang!

Minggu, 21 Juli 2013

Anomali Rasa

Merindukanmu itu seperti menulis sebuah cerita cinta balada.
Singkat, lalu berakhir dengan koma.
Merindukanmu itu seperti tersandera oleh waktu
Membuatku menangis lalu melompat kegirangan tanpa alasan pasti.

Anomali,
keanehan demi keanehan lain yang biasa didapat dari hati untuk kemudian dimaklumi.

Pernahkah suatu kali kau mencoba singgah, sebentar saja, di remang-remang malam dan berdiskusi dengan banyak persepsimu tentang aku yang bahkan tak pernah kau tahu?

Semestinya cinta lahir dari sendu serta lirih kesepian, bukan dari gelegar cumbu.
Suatu kali yang lain aku coba untuk berkompromi, dan kau ada di sana.
Meminta untuk digenggam dan dibawa berlari.

Ada dimana usapan sayang yang dulu kau kandung dan menjadi jadi candu egoku?
Ada dimana pengertian tak pada tempatnya yang kadung membuatku menjadi monster untukmu?
Ah, cuma kau yang ada di sana, di hari esok yang tak pasti.
Cuma kau yang memohon agar kebahagiaanku tidak pergi lagi..

#21
Juli, 2013.

Sabtu, 20 Juli 2013

Senja, Jingga dan Cerita Lainnya.

Pada detik sang mata dewa merayap turun
Kita menabur benih senyum
Menyerupai bunga matahari yang hanya sekuntum
Aku menggambarkan kesepian yang dikulum
Sesudahnya tak sempat dipetik karena gugur dikala ranum

Kemudian siluet sebuah warna datang
Ia menjelas menjelang petang
Mengintip dibalik cahaya terang
yang perlahan berubah remang-remang
Aku menatap dengan gamang
diantara dua perkara yang semula kuanggap gampang

Cepat, waktu memburu
Erat, peluk cemburu

Aku, tergugu bisu...

#20
Juli, 2013

Jumat, 19 Juli 2013

Perkara Sendiri Membilang Sepi

Derap langkah mereka, bukan gegap yang kuinginkan
Kokoh angkuh mereka, bukan tegap yang kubanggakan

Aku menyukai kegelapan,
Sebab degupnya mengingatkanku pada yang perlahan-lahan meredup
beberapa saat kemudian,
pada detak detik hari yang enggan menutup.

Kegelapan mengajariku meraba,
Menyentuh hal-hal yang tidak rata
Mebuatku semakin yakin, tubuh harus terbiasa
Melawan bisa.

Agar tubuh kian tabah
mengetahui semua yang emah
melawan lelah yang jadi masalah

Sehingga darah kurasakan berdesir sendiri
Seperti langkah-langkah sepi

Pada hati, mereka yang berjalan sendiri sebenarnya tahu;
bahwasanya sepi itu milik sendiri..

Juli, 2013.

Rabu, 17 Juli 2013

Senja Ke-17

Senjaku Jingga,
Aku tahu kau tahu semua jawaban pertanyaan yang kau tanyakan untuk sekedar meyakinkanku yang memang peragu ini.
Kau bertanya hanya untuk menyakitiku.

Sebenarnya Jingga,
Bukan aku melainkan kaulah yang perlu untuk diyakinkan
bukan dengan pertanyaan-pertanyaan melainkan dengan pernyataan-pernyataan
Ku ketahui itu dari kata seharusnya yang tak seharusnya ada

Kau mau tahu, Jingga?
Saat sesuatu berada jauh diluar jangkauanmu, saat yang kau ingini tak nampak dan kasat mata,
tidak berarti mereka tak ada. Bukan berarti mereka menghilang dari hidupmu.
Mungkin mereka tengah besembunyi
Atau mungkin, mereka berubah menjadi kecil bagi matamu yang mungkin saja tertutup keinginan untuk memiliki dan memunyai.

Tawa dan tari yang tak ingin kau lihat itu semu, Jingga,
Kau bahkan tak pernah berusaha untuk melihat kebenaran
Kau lebih suka menyimpan semua untukmu sendiri

Sampai pada suatu ketika kita menyadari bahwa senja,
telah kehilangan warna jingga yang tak pernah dimilikinya...


senja ke 17
juli, 2013

Sabtu, 13 Juli 2013

Bukan Senja Kita

: Jingga Kelabu

Begini senjaku, Jingga. sementara jarak terus memanjang dan rindu tak kunjung berujung temu, mungkin disebuah pelabuhan hati akan kuarungkan harapan-harapan yang sempat menjulang, mengangkasa lalu binasa pada bumi berwajah kecewa. 

Kenyataan bahwa aku hanyalah bocah kecil usil yang berlagak seperti pemberani tak akan pernah aku pungkiri.
Kita sama-sama tahu, meski tak berhati, tersakiti untuk kesekian kali adalah hal yang kita berdua paling hindari

Begini senjaku, Jingga. Mungkin kita tidak akan bertemu di pelabuhan yang sama, karena terkadang ada beberapa pertemuan yang sebaiknya tidak pernah terjadi, agar kita tidak membuat janji yang kemudian hari membuat bibir kita saling mengucap benci dan membuat hati yang kita sepakati tak dimiliki justru semakin terperi.

Begini senjaku, Jingga.
biarkan harapan-harapan kita sembunyi
biarkan cahaya jingga yang yang sempat menerangi mata kita pergi
agar hati, menjadi lebih hati-hati dalam memberi

Begini Jingga, senja ini bukan milik kita..

rindu

Di bilik kecil tempatku bersembunyi
tumbuh pepohonan serupa hutan
semuanya berbuah rindu
yang menjatuhkan diri pada pertemuan
kau boleh memilikinya jika mau
sesukanya..
semaunya..
semuanya..

Jumat, 12 Juli 2013

dinda,

aku mau tenang dan pelukan bukan kenang dan peluka.

sunyi

Pagi ini kubuka jendela, memandang senja yang tiada
dan mencoba melukisnya dengan kata-kata.

: pada gaung yang coba disembunyikan sunyi
aku mendengar suara tanpa bunyi
sesuatu seperti rengek tangis bayi
yang lirih mengalun pada hati

di dalam sunyi sepagian ini
aku menyadari
ada seseorang yang menyentuh kepala
bukan dengan tangan
melainkan sekelumit kenangan


Nyali

: taufik hidayat

yang menjulang pasti akan hilang
yang mengangkasa tanpa tetap menginjak bumi pasti akan binasa
gelembung udara, ego, harapan, nyali

ah, rindu memang serupa gelembung udara mudah pecah
dan kita hanyalah tangan-tangan usil bocah nakal di sebuah sekolah
bocah berlagak pemberani tapi sebenarnya cengeng sekali  

kini aku binasa pada harapan-harapan yang kubangun mengangkasa
aku terjebak pada ketinggian nyali yang tak pernah kutahu dimana pijaknya
aku terkurung dinding ego yang menjulang dengan angkuhnya

sepertinya langit Jogjakarta lebih tahu,
bagaimana pecahan gelembung udara telah membuat mataku leleh
seberapa banyak lelah membuatku berakhir menyerah
pasrah


Juli, 2013.
Mendung, Purwokerto.