Love In The Rain

Love In The Rain
...di tempat ini, hujan dinanti setiap hari...

Kamis, 31 Januari 2013

Hih!

Kamu nggak usah sok tau bisa?
Aku tuh capek ya ngejelasin sesayang dan sekagum apa aku sama kamu. Masih aja sok tau bilang kalo kamu nggak seindah yang aku tulis. Hih!

Kan udah dibilang kamu mau nyepik sampe berbusa juga aku taunya kamu terlalu nggak mungkin buat aku milikin. Terlalu jauh untuk kurengkuh. (eh, rhyme!)
Jadi ya terima takdir ajadeh, oke? Yaksip!

Jadi gini,
Aku tuh cuma mau ngingetin kalo aku lagi marah dan diem, mbok ya jangan langsung mikir aku mau ninggalin kamu.
Yakali dikira gampang apa ninggalin kamu. Kalo emang gampang mah udah dari pertama kali aku pergi. Huh!

Positive thinking aja aku-nya ketiduran apa lagi berduaan sama Reza Rahardian. (eh itu positif kan ya? Positif bikin kamu ngamuk. *ketawasetan*)

Jalan yang akan kita tempuh masih panjang, dan bila suatu hari sampai pada persimpangan, aku harap langkah kita tetap beriringan.


Senin, 28 Januari 2013

Surat Tanpa Spasi

S,
Akubingungbagaimanaharusmenanggapisuratyangkaukirim.
Separuhnyamelegakansisanyapedihmenyakitkan.
Mungkiniyabukanakuyangkauinginiuntukmengucapjanjitapipercayalahjauhdidalamhatiiniakumeyakiniakansulitmembuatkuberhentimencintaiterutamakepadakamu.

S,
Akumemahamijarakinimembuatsegalanyamakinberat.
Bukanhanyapadamusayangbebaninipunterasabegituberatdibahuku.
Akutakmenceritakanpadamutentangbagaimanaberatnyakuberjuangdisinisendiribukankarenaakutakrindu,
Itusemuasematahanyakarenaakutakmaukauikutterlukadisana.
PadahaldemiTuhansayang,
Akupunsetengahmatimenahanrinduyangmenuntuttemupadamu.

S,
Meskiberjutakalikaumembuatkuinginmenyerah,
Sungguhtaksekalipunakuberfikiruntukmenyerah.
Hanyasajasaatsemuaterasabegituberat,
Akuhanyainginkaupahamitanpapernahkautanyamengapa.
:(

Kepadakamuyangberjarak,
Akumencintaimutanpajarakdanspasisepertirangkaikatadalamsuratini.

Minggu, 27 Januari 2013

Poros Bahagia

"Baca surat ini satu kali, maka akan kau temukan dirimu mengerti. Baca surat ini dua kali, maka kau akan mengelak ini bukan tentangmu. Baca surat ini tiga kali, maka kau hanya akan menyangkal semua yang tertulis disini."

Kepada S,
Euforia menyapaku, bulan menemanimu, kita tak berada dalam satu langit tapi seluruh angkasa menyambutmu. Mereka mengirimmu dalam ruang rindu.

Tahukah kamu?
Bagiku nada telepon adalah nyanyian benda canggih terhebat. Dan auramu merambat menggetariku. Inilah waktumu. Inilah waktuku. Kusimpan getar kita.

Halo S,
Aku berharap semoga hujan ditempatmu bukan wanita, karena aku bisa cemburu--dia lebih dulu menyentuh tubuhmu.
Aku mendengar suara hujan, dan entah bagaimana dingin dan hangat bisa menjadi satu di jemari, mata, dan hatiku.

Selamat malam S,
Tahukah kamu?
Aku yang tidak tahu menahu tentang arsitektur, mengetahui benar senyummu mampu menjembatani langit dan bumi.

Kemudian aku yang tak tahu menahu tentang ilmu bumi ini tahu pasti, bahwa tatapmu meski hanya dalam bayangku, masih membuatku lupa akan gravitasi.

Jadi S,
Ini semua tetap salahmu.
Jika aku tak juga percaya, makhluk seindahmu, menjanjikan diri sebagai milikku.

Kepada S,
Tetaplah menjadi poros bahagiaku.

Kebumen,
28 Januari 2013.
12:27

Atas Nama Ruang

Genggam tanganmu yang remuk adalah alasan mengapa jemariku tak pernah erat menggamitnya kembali.

Pada tatapmu yang gerhana kuminta secarik teduh yang tak kudapatkan ketika terangmu beringas, membuat mataku buta.

Tetapi kau memberiku bingkisan jejak tak kasatmata di kulitku dan rajah kenangan yang tidak pula musnah.

Kau tak pernah bersahaja bagiku, menerobos kamu seperti menerobos rimba belukar tanaman rambat yang bertumbuhan kembali tiap aku menebasnya.
Dan dengan senang hati menjeratku dengan rantingnya yang lentur dan menggantungku di udara.
Lalu melemparku.

Atas nama ruang.
Ruang yang terlalu luas dan tak terjangkau rengkuh peluk kita, kau menabari batas-batas itu menjadi aku dan kamu.

Di dinding ini,
Aku terpencil, terkucil darimu.

-JE

Jumat, 25 Januari 2013

Tanya Sendiri

Kepada S,

Kalau rinduku kau dustakan, aku bisa apa selain merelakan?

Kalau kesetiaanku kau pertanyakan, aku bisa apa selain tertawa?

Kalau perasaanku kau ragukan, aku bisa apa selain membuktikan?

Kalau bukti cintaku kamu tertawakan, aku bisa apa selain mempertahankan?

Kalau aku kau abaikan, biarkan aku tetap bertahan meski terasa melelahkan dan menduakan menjadi pilihan yang melegakan.

Tapi,
Berjanjilah demi Tuhan, jangan pernah mencoba melepaskan.

Sebab aku mengikatmu dengan nadiku, maka jika ikat kau lepaskan, justru aku yang merasa nyeri..

yours,
N

Rabu, 23 Januari 2013

Peluk Terjauh

Kepada S,
Senja yang kunanti tiap hari.

Senja ini bukan milik kita..

Bagaimana harimu disana? Masihkah kau memeluk diri sendiri saat lenganku tak mampu menggapaimu?
Aku masih S, meski kadang ucapku berkata tidak, jauh didalam sini, aku merasa kau memelukku, peluk terjauh yang membuatku nelangsa.

Berbahagialah S,
Walau hanya dengan sedikit peluk hangat yang kita punya, ingatan tetap saling tergenggam, meski jarak, dengan begitu kejam merajam.

Demi rindu yang menggebu menuntut temu, aku mengukur detik waktu, engkau mengukur kilometer jarak, kita, sepasang rindu yang tak tahu malu.

Dear S,
Jika kau keluar rumah dan hujan terasa dingin menyentuh kulitmu, barangkali tiap tetesnya mewakili rinduku yang kerap tak tersampaikan.

Kepada kamu,
Rumah yang tiada lain.

Tetaplah hangat. Karena sesungguhnya doaku selalu memelukmu melintasi ribuan jarak kilometer yang terbentang diantara.

Tidak apa jika kali ini senja bukan milik kita, sayang.

Karena jauh di relung hati yang paling dalam,
Aku percaya;
Jarak -- bukan musuh yang harus dibenci, tapi teman yang mengingatkanku, bahwa setelah mengenalmu, ternyata rindu bisa jadi semenyakitkan ini.

Percayalah, seberapa banyakpun jumlah kilometer jarak yang ada diantara kita;
aku akan tetap mencintaimu tanpa jarak.

Peluk Jauh,
Kesayanganmu.

Senin, 21 Januari 2013

Surat Benci Untuk yang Tercinta.

Kepadamu dengan penuh kebencian,

Aku benci harus pergi dan merindumu setengah mati.
Aku benci menangis diam-diam dalam ruang emosiku sendiri.
Aku benci merasa kesepian dan menyadari kau tak ada disini.

Kepadamu dengan penuh kebencian,

Sungguh aku benci mengingatmu yang sama sekali tidak lucu sambil tertawa.
Sungguh aku benci hangat pelukmu yang enggan pergi hingga terasa menyesakkan dadaku.
Sungguh aku benci teringat akan senyummu yang membuat sungai di kedua mataku tak henti mengalir.

Kepadamu dengan penuh kebencian,

Aku benci merasa salah tingkah tiap tatapmu jatuh pada tatapku.
Aku benci ledakkan di dadaku saat kau mengecup lembut keningku.
Aku benci menjadi malu saat kau menggodaku.

Dan demi Tuhan,
Dibalik semua simulakrum rasa benci ini,
Aku hanya benci bila harus jatuh cinta sendirian.

Sabtu, 19 Januari 2013

Surat Nggak Mikir Ya,,

Ha! Mr. Sepiker Frontal!
Cuma itu yang ada dipikiranku waktu baca suratmu.
Atuhlah sayang, ini kan acara #30HariMenulisSuratCinta  bukan #30HariMenulisBukuHarian.
Bagusin dikit kek bahasanya, woo malih!

Yaudah, surat hari ini aku nggak mau mikir ya.
Aku mau kayak dewa @dimsoer aja. Nulis gak pake mikir. Jadi bacanya jangan terlalu serius ya. Nanti kalau terlalu serius jadi lupa makan terus mati terus aku sedih. Kalo aku sedih nanti kamu ikut sedih. Kalo kamu ikut sedih nanti aku tambah sedih. Nanti aku tambah sedih kamu makin sedih. Udah ya sedih-sedihannya, aku capek ngetik.
Aku kalo capek jadi nyebelin. Nanti kalo aku jadi nyebelin kamu jadi gela. Nanti kalo kamu gela kamu diem aja. Nanti kamu diem aja aku gatau jadi tambah nyebelin. Nanti kamu bosen. Nanti aku bosen. Nanti kita cari yang nggak ngebosenin. Terus kalo nemu yang nggak ngebosenin di prospek. Terus lupa deh sama yang ngebosenin. Tamat! Eh, Yaaah...NGGAK MAUUUU DENG! 

Tuhkan kamu gitu. Kan aku udah bilang maunya cuma sama kamu. Woo. *ciscisbrutal*

Ulangi aja ya ceritanya, tadi aku ngayal sampe mana?

Aku nggak jadi ngetik yang surat ini lah ya. Biar gak capek. Terus aku jadi sehat. Dan sebagai cewek sehat aku jadi sayang kamu (terserah saya ya nyambung apa enggak, kan udah dibilangin nggak usah dipikir). Kamu katanya sayang banget sama aku. Ternyata aku beda. Eh kamu malah ternyata alien. Jadi kita sama-sama aneh. Berarti kita jodoh. Terus hidup bahagia. Mati masuk surga. Tamat! Horee tepuk tangan buat saya! *prok prok prok*

Bagusan yang mana yang ceritanya? Semua dong pasti ya? Yaiya mesti. Pokoknya besok kita bagus-bagusan tulisan lagi. Aku kan ikut #DuaHati buat latian nulis. Latian komit (nggak pake komat ya). Kamu harus bantuin aku pokoknya. Okeh? Sip. Hap..hap..hap!

Udah nggak usah dipikir, aku aja sayang sama kamu nggak pernah pake mikir.
Intinya, aku mau kamu peluk dan cium aku sekarang! Mu(nt)ah!

Pislovengawl,
(nggak tega nulis nama sendiri disini)
(dikosongin aja ya)


Kamis, 17 Januari 2013

Simulakrum Rasa

Kepada S,
Nama yang kueja dengan debar.
Detak dan detik yang kukejar.

Temanmu benar,
Kau pantas mendapat gadis sebaik itu. Tapi maaf, aku tak mungkin menjelma menjadi sosok yang temanmu gambarkan.
Namun, jika kau tambah kata "cukup" di awal kalimat, aku cukup percaya diri untuk mengiyakannya.
Aku tak sepintar itu untuk bisa menjadi gadis impianmu, tapi juga tak sebodoh itu untuk melepasmu.
Kasihan sekali dia yang meninggalkanmu dulu. Dia tak tahu seterang apa bintang yang dulu ia tinggalkan.

Cahayaku Sirius,
Tidak, aku juga tidak pernah ingin berdebat, pun pelukan yang terlalu erat. Aku tak mau nanti kau sesak dalam jerat.
Karena percayalah, setiap saat kau merinduku, sebenarnya aku sedang memelukmu dengan doaku. Dalam kebebasanmu.
Jangan pernah separtikelpun kau ragukan aku, karena tidak sedikitpun perasaanku akan bergeser atasmu. Sungguh, akupun merindukanmu. Seperti Matilde merindukan Neruda. Seperti Laila merindukan Qais.

Neruda ku,
Demi kita yang sedang aku dan kau perjuangkan, aku bersumpah tak akan pernah lagi mencemaskan cemas yang mencemaskanmu.

Ksatria hujanku,
Kuberitahu kau satu rahasia;
Aku yang kau sebut penuh warna ini, sebenarnya; transparan dan separuh.

Benar sayang,
Spektrum warna dan simulakrum emosi yang kau rasakan saat bersamaku adalah apa yang sebenarnya cerminan dari dirimu yangu kuizinkan terpantul didalamnya. Hingga kau menemukan sejuta warna, yang sesungguhnya merupakan bias warnamu sendiri.

Kuikhlaskan segala yang kumiliki untuk kau jaga dengan caramu. Kupercayakan sekeping hati yang tak lagi utuh dengan luka disegala tempat untuk kau simpan. Dan kuamankan cintamu dalam setangkup aminku, calon Imamku.

"kaulah simulakrum rasa yang diam-diam hadir di relung dada"

Purwokerto, 18 Januari.

Selasa, 15 Januari 2013

Tuhan, Kaukah itu?

"Jika kau masih ragu tentang siapa dirimu, bertanyalah pada Tuhan. Dia sangat mengenalmu, sebab aku sangat sering menceritakan tentangmu kepada-Nya."

Kepada kamu,
Pria Pertama.
Kamu selalu saja bisa menjadikan sepikanku bahan sepikan balik. Dasar cerdas!
Seseorang pernah memberitahuku, "pria tampan membuka matamu, pria cedas membuka pikiranmu, pria sejati membuka hatimu."
Sayangnya aku lupa bertanya, bagaimana jadinya jika aku bertemu pria yang punya semuanya? ;)

Kepada kamu,
Pria Tunggal.
Kita selalu saja mendebatkan segala hal. Dan aku, (kau sudah tau) lahir sebagai pemenang.
Tapi tahukah kamu? Kadang, setelah aku memenangkan perdebatan kita yang bahkan tak kau lombakan. Aku tak henti berpikir.
Semua argumenmu seolah merasuk dalam aliran nadiku menuju cerebrum.
Dan demi semesta, aku benci mengakui bahwa kau, mungkin saja, separuh benar. (jangan paksa aku mengakuinya sekali lagi)
Kemudian diatas segala pesan samar yang kau sampaikan dalam surat terakhirmu,
Aku akan tetap menjadi aku yang mencintaimu tanpa pertimbangan.
Terlepas izinmu mengiringiku atau tidak.

Kepada kamu,
Pria Satu-satunya Nomor Satu.
Aku tersanjung sekaligus cemas atas isi suratmu kemarin yang mengatakan akulah petunjukmu.  
Pertama, aku tersanjung.
Karena ternyata hatiku yang berujar "Tuhan, Kaukah itu?" tiap melihatmu, ternyata nyaris kau rasakan juga.
Kedua, Aku cemas.
Karena sebenarnya, akupun tak seputih yang kau kira. Aku cemas ekspektasimu akanku, kelak menghancurkan apa yang telah kita punya. Aku cemas jika kau mengenal sisi gelapku, kau akan serta merta melenggang pergi menjauh.
Aku cemas pada kecemasanku.
  
Semoga kecemasanku tidak beralasan,
Semoga kecemasanku hanya akan menjadi kecemasan yang akan kutertawakan kelak dibalik selimut, di dalam dekapmu.
Karena sejujurnya, dibalik semua rasa cemas, jengah, takut, dan galau yang aku rasakan tiap bersamamu, jauh di dalam hati, aku benci mengakui, bahwa sebelumnya;
aku belum pernah sejatuh cinta ini.

regards,
Pemburu Hujan.

Sabtu, 12 Januari 2013

Sepotong Jigsaw Puzzle

Kepada kamu,
Ksatria di Semesta Hatiku.

Entah darimana surat ini hendak ku mulakan.
Aduh, jangan senyum, tunggu, aku belum siap! Ah, itu cahaya dalam mata kamu tolong redupkan sedikit. Nah iya. Sekarang sedikit lebih baik.
Awal surat yang kikuk sepertinya, aduh jadi ingat bagaimana kita bermula. Apa dulu aku sekikuk ini juga? Ah..
Baiklah mungkin itu memang keahlianku, atau mungkin itu efek dari tatapanmu. Siapa suruh melelehkanku. Iya, sepertinya memang salahmu. Hahaha, Ingat? aku tidak suka salah maupun kalah!
Pasti sekarang kamu sedang tersenyum, tidak, aku tidak ingin membayangkan mungkin kamu sekarang sedang menertawakan surat ini dengan berpikir "dasar tukang sepik!" jadi aku lebih memilih mengira kau sedang tersenyum. Ya, cukup. Aku jelas menyalahkanmu kalau sampai penyakit diabetes menyerangku. ;)

Baiklah, cukup basa-basinya. Setelah paragraf ini, izinkan aku menceritakan tentangku, sebagian aku yang mungkin belum cukup kau kenal.

Beberapa kali kita mendebatkan tentang apa itu Cinta.
Hingga hari ini aku telah sampai pada titik mempercayai bahwa Cinta itu, tahan menderita.
Ya, Cinta itu tahan menderita.
Membisikkan gema kebencian terbang bersama marahku dan dengung
doa seolah meraung di telingaku sendiri.
Aku sempat lupa,
Ada foto tua di linimasa, yang kepadanya aku merasa begitu tak berharga,
lalu bertepuk tiga kali sebelum menikmati luka. Bahagiamu yang sempat karenanya.
Aku memejamkan mata sambil membayangkanmu tersenyum begitu bahagia,
meski aku tak sedang bersamamu.
"Tak mengapa" - sangakalku.
Seolah jarak bukan lagi jerat, bukan sebuah sekat yang membuat
kita merasa sakit dalam keterasingan dan sepi.
Tersisih dari riuh kata-kata rindu, dan terpilih sebagai anak-anak piatu.
Walaupun aku sempat merasa jauh hingga mulai merintih, berseru - atau mengaduh?
Seperti merasakan sakit yang belum juga mau sembuh.

Ingat, aku pernah menjanjikan akan menyembuhkan luka hatimu perlahan?
Tapi kau tak pernah menyadari, jika aku mampu menyembuhkan luka hati, tentu yang seharusnya kusembuhkan bukanlah milikmu atau orang lain.

Kepada S.
Aku terpikat pada jigsaw puzzle yang kau punya, dosakah aku menginginkannya untukku dan mengingkarkan ia yang melingkarkan janji di tanganmu?

Hari ini saja, izinkan aku menikmati dosaku tanpa rasa bersalah.

Rabu, 02 Januari 2013

Eksistensi-all-is-me.

Sebelum menjadi tanah aku ingin menjadi udara yang dibutuhkan adanya.
Sebelum terinjak aku ingin menaruh ego diatas bumi yang kupijak.
Sebelum kembali aku ingin langkahku berarti.
Sebelum berpulang aku ingin namaku kelak selalu dikenang.
Sebelum tak ada, aku akan menjadi berharga. Lihat saja!

Eksistensiku tidak harus menjadi tenar, tidak perlu selalu benar
Aku hanya akan menjadi aku yang akan selalu kalian ingin tahu.
Aku terbang menghadiri mimpi-mimpi terindah hanya untuk menghantui.
Tak akan sedikitpun ku rampas kebebasan kalian, aku membebaskan diriku bahkan dari kebebasan itu sendiri.

Aku adalah semesta, tak berbatas, tak terbatas.
Kepada ia yang tersenyum di seberang sana,
di hatinya aku ingin namaku berbekas.

dua januari,
hujan hari ini.
2013