Aku hanya pengagum sorot mentari ketika kabut,
menikmati keindahannya meski tak tampak dari lereng.
Aku hanya mencoba menyapa guntur ketika mendung,
menantang ketajaman pedang kilat dengan senyum.
Pantaskah tapakku berbekas di tanahmu yg subur,
satu tapak tunggal yang samar terhapus angin.
Apakah mentari, guntur, kilat, tanah, dan angin itupun berbalik menyapaku ?
Sementara bayang hitamkupun enggan temani raga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar