kuning, miniatur, bis, bingung, cet, bagus,kapan, merek, eropa, jepang.
Kue kuning di ujung jendela hampir habis. Tidak kusadari hari ini rindu telah melahapnya tanpa ampun. Di balik jendela dengan cat terkelupas, aku masih menunggu kamu yang entah kapan bisa kutemu. Suara bis malam menderu pelan dibawah sinar bulan. Aku masih bertahan, berharap entah di benua apapun kamu, di belahan bumi bagian manapun, kita masih melihat bulan yang sama. Bulan yang selalu datang menggantikan kue kuning kita di ujung jendela.
Sudah ratusan hari kulalui hari tanpa sekecap pun kabar darimu. Di balik jendela aku masih terus menunggu dalam bingung. Ribuan kendaraan bagus dengan merk ternama lalu lalang di bawah apartemen ini, tiap hari aku melihatnya dibalik jendela kita, membayangkan semua mobil itu adalah miniatur yang Tuhan ciptakan dikala iseng, untuk kemudian dihancurkan dikala bosan. Sama seperti kita yang dipersatukan kemudian dipisahkan.
Tuhan maha humoris, itu katamu dua tahun lalu. Saat dimana kita sedang bahagia-bahagianya. Pertama kali kau menghadiahiku apartemen ini, di lantai 9 sesuai dengan angka favorit kita, dengan jendela yang terus menerus menyuguhiku potret-potret senja. Serta ribuan benda angkasa yang gemerlap kala malam tiba.
Setahun kemudian, kamu pamit. Memintaku menunggu. Entah ada di dunia bagian manapun kamu. Di Eropa atau di Jepang. Aku masih tetap menunggu kamu yang mungkin sudah menjadikanku masalalu. Sesuai katamu tahun lalu.
Purwokerto, 8 Oktober 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar