aku tidak merindukanmu
aku sangat merindukanmu
rindu sesak. memelukku seperti pakaian sempit yang basah. darinya ada yang menetes netes ke lantai dan memantulkan wajahmu ke mataku.
aku ingin kau pergi.
ruang kosong di hati membiarkan rindu berlarian di kepalaku. mencari cara tuk menyeka air matamu. lalu tak mampu selain hanya membisu meniru gerak bibirmu.
tolong, jangan pergi.
kau pergi tanpa lambaian tangan. katakata
hanya terbendung sampai kerongkongan berupa ramuan mematikan berisi amarah
dan harapan. benih yang kecil.
ada yang diamdiam menyiraminya setiap hari.
aku selalu disini. mencoba menjejal dengan ingatan. ribuan aksara tentang silam, ingin kurengkuh namun hanya bisa diam ,ingin, dan tak mampu menyiratkan. lalu kita sama sama mencoba menzabur kenangan. saling mencoba melupakan, aku kangen.
jangan!
sendiri menatap bunga yang mulai layu, dibawah rintik hujan yang mengetuk jendela dan tak henti hentinya kuhitung rinainya. hingga berdebu. bunga itu kini menjadi sebatang bambu, aku temukan dirimu entah berapa lama.
hari ini ada yang nakal memoles dinding
di hadapanku dengan kilasankilasan peristiwa. dengan bintangbintang
buram yang sempat menjadi kawan tidurku, ketika aku sedang ingin
berpurapura berbaring di bawah langit malam sambil menggenggam tanganmu
yang hangat dan penuh merungkupi jemariku.
mungkin sudah habis lelahku menunggu kamu entah siapa yang pergi dan siapa yang kembali. aku mencintaimu. dalam ruangan yang pernah ada kamu. tersenyum tertawa, meninggalkan bekas tegas keberadaanmu. sepi ini merasuki nadiku yang kini kosong tanpamu.
ini bukanlah sesuatu yang kuharapkan.
berdiri lagi di depan perapian, kaki kanan sudah menyentuh api, kaki
kiri mengikuti. kemudian perlahanlahan aku habis ditelannya. ditelan
panasmu.
ada harapan harapan tertentu yang mampu membunuh.
menginginkanmu kembali adalah diantaranya.
dan kamu benar-benar pendusta yang kupercaya.
BalasHapus