Untuk respati yang telah tumbuh dan mengakar di hatiku,
Senja itu kau datang memberitahuku bahwa kau kini bersemayam pada bakal pohon beringin kecil di depan pintu garasi rumahku. memang benar ada sebuah bakal pohon beringin kecil yang mulai tumbuh, yang pada pagi sebelumnya tak ada. batangnya meliuk persis lekuk rambutmu, akarnya menjalar masuk ke dalam rumah.
aku tak pernah menyapa pohon itu, tak pernah juga kuperlakukan dia layaknya aku memperlakukanmu. tapi entah bagaimana caranya, pohon itu tumbuh seiring aku memejamkan mata di malam hari; tumbuh terus menerus sepanjang pencarianku atas dirimu. akarnya semakin merasuk kedalam tegel rumahku, saat namamu kurapalkan di sela-sela doaku yang gagap. pohon itu terus menerus tumbuh.
“tiada yang lebih melelahkan dan menggetarkan selain menempuh rindumu.”
sampai pada saatnya, aku terbangun di pagi hari dan tak kutemui pohon itu lagi. tercerabut tuntas dengan seluruh akarnya. kupikir kau telah terbuang oleh para pemuda yang sedang kerja bakti. atau diambil oleh kolektor tanaman hias yang iseng.
..atau pohon itu memang meniatkan pergi begitu saja.
lalu segera setelah itu, kudengar langkahmu perlahan-lahan meninggalkan mimpi dalam tidur malamku.
“apakah aku yang terlalu mudah merindukanmu, ataukah kau yang begitu jauh untuk kurengkuh?”