Love In The Rain

Love In The Rain
...di tempat ini, hujan dinanti setiap hari...

Jumat, 31 Mei 2013

Hujan Bulan Juni

Tak ada yang lebih tabah
dari hujan Bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu
Tak ada yang lebih bijak
dari hujan Bulan Juni
Dihapuskannya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu di jalan itu
Tak ada yang lebih arif
dari hujan Bulan Juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap akar pohon bunga itu


- Sapardi Djoko Damono

Puisi diatas adalah satu dari sekian banyak karya Sapardi yang aku kagumi.
Ada ikatan tersendiri antara aku dan puisi ini semenjak pertama kali aku membacanya.
Juni, izinkan aku mencintaimu dari awal. :)

Senin, 20 Mei 2013

Tiga Belas

"calm smile heart eyes closed kiss god light pray pocket photo piano places"


"tiga, dua, satu.
kuhitung mundur dan kubuka mata, lalu kita kembali tiada seperti pada awal mula."
   
Masih jelas dalam ingatan, senyum yang kau lengkungkan saat kita bertatapan beberapa pekan lalu. Senja itu kita sama-sama sedang berada di dalam sebuah kafe. Aku dengan kopi panasku. Kau dengan kopi dinginmu. Kita memang berbeda, kau suka kopi dingin dan manis persis seperti senyummu, manis dengan samar rasa getir di dalamnya. Tapi senja itu, aku tidak memahaminya ketenangan yang menyembunyikan cemas membunyikan hujat pada Tuhan.
Sedangkan aku, aku penggemar kopi hangat yang terasa sedikit pahit. Rasa pahit menyadarkanku untuk tidak terlalu terlena bermanis-manis untuk kemudian terluka. Menurutku manis tidak realistis.
Kecuali ciuman yang kita dapat dari mencari dan mencuri waktu pada penghujung hari dibalik cahaya senja. 
 ~281112

Hari ini kau pergi. 
Dengan selembar foto dari saku celana. Bunyi tuts piano.
Aku melanjutkan cerita. Menyelesaikan paragraf tentang kita.  
Tersenyum sendiri. Menutup hati. Berdoa.

Rasa kopiku sedikit berubah.
Entah karena salah takar atau lidahku terbiasa menyesap manis bibirmu.
Hambar. Seperi debar yang kini ngabar tanpa ada kabar, walau kutunggu dengan sabar.

Ku balik lembar..

Selamat tinggal.
~200512

Biarkan.

biarkan aku menjadi yang lalu bagimu jika ternyata itu lebih mendekatkanku pada hatimu.
biarkan aku menjadi yang pernah untukmu jika hanya itu yang bisa kulakukan untuk bertahan di kepalamu.
biarkan aku datang di mimpi-mimpi terburukmu jika mimpi indah tak pernah kau izinkan untuk kusinggahi.
biarkan aku menjadi apa yang paling kau enggan hadirnya, sekaligus yang tak mungkin kau hindari hadirnya dalam ruang rindumu.

biarkan kita hanya akan menjadi lembaga yang kuciptakan dalam ruang masadepanku sendiri.
tutup saja hatimu. 
biarkan...

Sabtu, 18 Mei 2013

Ukir Takdir

"Kau mungkin bisa memiliki, raga, hati, dan cintanya. Tapi kau tak akan pernah memiliki jalan hidupnya."

Takdir.
Dua yang satu. Satu yang dua.
Aku satu-satunya orang yang tahu, dari dua hati yang satu aku menanggung luka begitu banyak. 
Menimbang beban begitu berat.

Aku mungkin memiliki raga, hati, dan cintamu. Tapi aku tak akan pernah sanggup memiliki takdirmu.
Takdir yang kau tulis dengan mantap sebagai bekas luka.
Melukakan aku yang kini berusaha melupakan kamu.

Satu doa terakhir di sujudku pagi ini, semoga kau bahagia.
 

Kamis, 09 Mei 2013

Sin

Hanya karena nama Tuhan kita punya satu huruf vokal yang berbeda. Cinta tidak lagi mewujud doa bahagia.
Ini adalah sebuah surat.
Baca surat tak selesai ini sampai selesai.
Agar setidaknya kau tahu bahwa seseorang sedang menengadah tangan, meminta Tuhan memanjangkan waktu yang hanya sedepa.
Tuhan yang kemudian memisahkan dua hati yang saling mengimani.

Tanyakan pada Tuhanmu, apakah jatuh hati kepada umatnya adalah sebuah dos...

Kamis, 02 Mei 2013

Pelajaran di Linimasa.

Genap dua hari aku tertegun membaca linimasa dari seorang yang sebelumnya kukira tahu betul bagaimana (yang kukira sebelumnya adalah) cara menikmati hidup.
Kemudian, aku memanusiakan ia yang tadinya kudewakan.

Aku mulai mencerna satu-persatu tawa yang ia bagi melalui kata-kata di linimasanya.
Aku semakin merasakan pedih yang dengan keras berusaha dialih.
Itulah dia.
Sosok yang menertawai luka hati,
Sosok yang sebenarnya acuh pada diri sendiri dan menyimpan banyak peduli dengan amat hati-hati.

Aku menemukan kepercayaan diri yang kerdil dalam kesombongannya.
Aku menemukan hati yang lapang pada amarahnya.
Aku menemukan luka yang amat dalam pada kediamannya.
Aku menemukan sedikit getir, pada tiap kata yang tadinya, mampu membuatku terbahak tiap membacanya.

Pada tiap kata yang tak tertulis,
Pada tiap kata yang ditulis, kemudian dihapus,
Pada tiap kata yang tersimpan rapi di draft.
Pada tiap tawa yang kau hadirkan untuk merayakan luka.

Kupersembahkan tulisan ini.

Disana, kata-kataku menemukan Tuhannya.

Mei, 2013.