secangkir kopi yang api di sebuah pagi
sekabur aku yang tersenyum kaku karenamu
dimana cinta yang dulu kau perjuangkan untukku?
akhirnya hanya akulah yang masih menunggu di ujung jalan
menuntut sebuah pertemuan
pada takdir yang kemudian enggan
bahkan untuk sekedar berdampingan
masih aku yang menyemangatimu untuk jangan menyerah
ya, itu aku yang kini kau anggap sampah
kini aku percaya
kau serupa cahaya
tak tersentuh tak teraba
terlalu nyata menusuk mata
sebagai zat yang tak kupunya
secangkir kopi di sebuah pagi
mengawali nyeri hari ini.
Purwokerto, 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar