Tidakkah kau lihat awan kumulus menangisi kepergianmu?
sepertinya, tidak. :)
Semenjak tapakmu menjauh seperti titik gugus bintang terakhir yang tenggelam di barat samudera, kenangan tentang mu, tentang jutaan puisi yang kau cipta saat berkunjung ke bulan, tentang mimpi penjelajah galaksi yang kau sukai, kini hilang ditelan lubang hitam di utara semesta, tempat dulunya bintang paling terang milikku mempertahankan sisa kehidupannya.
Kita tak lagi berada dalam satu pusat tata surya, awan teduhku tak lagi berputar. Dia bergerak sesukanya, bahkan melawan ion positif diatas gaya gravitasi bumi. Dia berduka dengan caranya sendiri. Tak mengindahkanku yang kedinginan pada malam yang tak lagi berbintang.
Aku enggan terus bersedih, Pluto menghiburku dengan menciptakan jutaan es krim yang sangat kusukai. Sedang Merkurius, memekarkan ribuan bunga untuk kunikmati indahnya dari Venus. Aku bersenang-senang seharian, sementara Vega masih memperhatikanku, berharap tak lagi ada luka di mataku. Sebab lukaku adalah darah yang mengaliri Neptunus. Tak ada yang menginginkan darahk mengotori warna agung milik Triton itu.
Namun saat pengawasan akanku melemah, semua tawa, canda, dan bahagia seakan sirna. Aku membebaskan diriku, bersedih sepuasnya. Dan, aku pun menangis dibalik kawah Demos yang tersembunyi.
Kemudian doa ku malam itu,
Bima sakti, izinkan aku mengembara bersama Halley melintasi gugusmu. Agar aku tahu berapa juta tahun cahaya yang kubutuhkan untuk sampai ditempatnya. Untuk kemudian memiliki bahagia yang nyata. Senyum yang sesungguhnya.
Bima sakti, aku merindukannya. Ketika melihat ruang kosong diantara Bumi dan Yupiter yang ditinggalkannya, aku tak bisa mengelak dari rasa itu. Seharusnya, dia masih disana. Semestinya, dia masih menjadi semestaku, bersamaku bermain ski di lintas cincin Uranus.
Dan, kau Asteroid! Mengapa kau tak bertahan ? Haruskah aku menyalahkan dua bintang yang tak sengaja berbenturan diatas mu? Padahal aku tahu bahwa kaulah yang sebenarnya membujuk meteor untuk mengejar kumbang Phoebe. Dan, saat dia melewatimu, kau terpental jauh. Harusnya kau tahu siapa yang bersalah.
Bima Sakti, aku mencintai Bumi. Tapi mengapa kau membuangnya ke galaksi Messier sedang kau tahu didalam sana berdiam bermacam mimpi? Ataukah karena mereka lupa untuk sekedar menjaga kita wahai hati Bima Sakti?
Putri Eris, bulan terjauh dari sang putra Bimasakti Matahari,
Dysnomia.
-Purwokerto, 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar