"apa aku terlihat cantik saat menangis, hingga kau sampai hati buatku terus meneteskan airmata?"
hanya itu yang mampu aku katakan saat keingintahuanmu tak lagi meledak, saat pertanyaanmu telah terjawab dan kelemahanku tidak lagi tersembunyi, kemudian kau tak lagi mencariku.
Orang yang meninggalkanmu, tidak selalu karena ia tak cinta kamu.
Mungkin ia terlalu lemah, kamu tak menguatkan, sedang cinta terasa
berat.
Dan menurutku, orang sepertinya tak harus kembali, dia hanya harus bahagia. :)
Love In The Rain
Minggu, 25 Maret 2012
Jumat, 16 Maret 2012
:))
I am me, and only me. Take me as I am or watch me as I go. I'll be the one to love you the most, but trust me...I won't be the one to stick around forever for you to realize it. I dance in the rain, and cry during chick flicks. I am a girl, I am myself, there is no changing it. Accept me, or don't. I won't change for you, or anyone else. I'm a lover, not a fighter...but I will always fight for what I love and believe in. I wish, I hope, I dream. I am a girl, living this thing we call life.
regards,
me.
Selasa, 13 Maret 2012
Jiwa Bimasakti
Menyeberangi Andromeda yang kukenal. Saat itu kau putuskan untuk meninggalkan Ceres-mu yang menunggalkanmu. Dan, melupkan jalur intan yang pernah sangat kau cintai di cincin Saturnus-ku.
Tidakkah kau lihat awan kumulus menangisi kepergianmu?
sepertinya, tidak. :)
Semenjak tapakmu menjauh seperti titik gugus bintang terakhir yang tenggelam di barat samudera, kenangan tentang mu, tentang jutaan puisi yang kau cipta saat berkunjung ke bulan, tentang mimpi penjelajah galaksi yang kau sukai, kini hilang ditelan lubang hitam di utara semesta, tempat dulunya bintang paling terang milikku mempertahankan sisa kehidupannya.
Kita tak lagi berada dalam satu pusat tata surya, awan teduhku tak lagi berputar. Dia bergerak sesukanya, bahkan melawan ion positif diatas gaya gravitasi bumi. Dia berduka dengan caranya sendiri. Tak mengindahkanku yang kedinginan pada malam yang tak lagi berbintang.
Aku enggan terus bersedih, Pluto menghiburku dengan menciptakan jutaan es krim yang sangat kusukai. Sedang Merkurius, memekarkan ribuan bunga untuk kunikmati indahnya dari Venus. Aku bersenang-senang seharian, sementara Vega masih memperhatikanku, berharap tak lagi ada luka di mataku. Sebab lukaku adalah darah yang mengaliri Neptunus. Tak ada yang menginginkan darahk mengotori warna agung milik Triton itu.
Namun saat pengawasan akanku melemah, semua tawa, canda, dan bahagia seakan sirna. Aku membebaskan diriku, bersedih sepuasnya. Dan, aku pun menangis dibalik kawah Demos yang tersembunyi.
Kemudian doa ku malam itu,
Bima sakti, izinkan aku mengembara bersama Halley melintasi gugusmu. Agar aku tahu berapa juta tahun cahaya yang kubutuhkan untuk sampai ditempatnya. Untuk kemudian memiliki bahagia yang nyata. Senyum yang sesungguhnya.
Bima sakti, aku merindukannya. Ketika melihat ruang kosong diantara Bumi dan Yupiter yang ditinggalkannya, aku tak bisa mengelak dari rasa itu. Seharusnya, dia masih disana. Semestinya, dia masih menjadi semestaku, bersamaku bermain ski di lintas cincin Uranus.
Dan, kau Asteroid! Mengapa kau tak bertahan ? Haruskah aku menyalahkan dua bintang yang tak sengaja berbenturan diatas mu? Padahal aku tahu bahwa kaulah yang sebenarnya membujuk meteor untuk mengejar kumbang Phoebe. Dan, saat dia melewatimu, kau terpental jauh. Harusnya kau tahu siapa yang bersalah.
Bima Sakti, aku mencintai Bumi. Tapi mengapa kau membuangnya ke galaksi Messier sedang kau tahu didalam sana berdiam bermacam mimpi? Ataukah karena mereka lupa untuk sekedar menjaga kita wahai hati Bima Sakti?
Putri Eris, bulan terjauh dari sang putra Bimasakti Matahari,
-Purwokerto, 2012
Tidakkah kau lihat awan kumulus menangisi kepergianmu?
sepertinya, tidak. :)
Semenjak tapakmu menjauh seperti titik gugus bintang terakhir yang tenggelam di barat samudera, kenangan tentang mu, tentang jutaan puisi yang kau cipta saat berkunjung ke bulan, tentang mimpi penjelajah galaksi yang kau sukai, kini hilang ditelan lubang hitam di utara semesta, tempat dulunya bintang paling terang milikku mempertahankan sisa kehidupannya.
Kita tak lagi berada dalam satu pusat tata surya, awan teduhku tak lagi berputar. Dia bergerak sesukanya, bahkan melawan ion positif diatas gaya gravitasi bumi. Dia berduka dengan caranya sendiri. Tak mengindahkanku yang kedinginan pada malam yang tak lagi berbintang.
Aku enggan terus bersedih, Pluto menghiburku dengan menciptakan jutaan es krim yang sangat kusukai. Sedang Merkurius, memekarkan ribuan bunga untuk kunikmati indahnya dari Venus. Aku bersenang-senang seharian, sementara Vega masih memperhatikanku, berharap tak lagi ada luka di mataku. Sebab lukaku adalah darah yang mengaliri Neptunus. Tak ada yang menginginkan darahk mengotori warna agung milik Triton itu.
Namun saat pengawasan akanku melemah, semua tawa, canda, dan bahagia seakan sirna. Aku membebaskan diriku, bersedih sepuasnya. Dan, aku pun menangis dibalik kawah Demos yang tersembunyi.
Kemudian doa ku malam itu,
Bima sakti, izinkan aku mengembara bersama Halley melintasi gugusmu. Agar aku tahu berapa juta tahun cahaya yang kubutuhkan untuk sampai ditempatnya. Untuk kemudian memiliki bahagia yang nyata. Senyum yang sesungguhnya.
Bima sakti, aku merindukannya. Ketika melihat ruang kosong diantara Bumi dan Yupiter yang ditinggalkannya, aku tak bisa mengelak dari rasa itu. Seharusnya, dia masih disana. Semestinya, dia masih menjadi semestaku, bersamaku bermain ski di lintas cincin Uranus.
Dan, kau Asteroid! Mengapa kau tak bertahan ? Haruskah aku menyalahkan dua bintang yang tak sengaja berbenturan diatas mu? Padahal aku tahu bahwa kaulah yang sebenarnya membujuk meteor untuk mengejar kumbang Phoebe. Dan, saat dia melewatimu, kau terpental jauh. Harusnya kau tahu siapa yang bersalah.
Bima Sakti, aku mencintai Bumi. Tapi mengapa kau membuangnya ke galaksi Messier sedang kau tahu didalam sana berdiam bermacam mimpi? Ataukah karena mereka lupa untuk sekedar menjaga kita wahai hati Bima Sakti?
Putri Eris, bulan terjauh dari sang putra Bimasakti Matahari,
Dysnomia.
-Purwokerto, 2012
Tanpa Ketergesaan
Dalam ketergesaan,
aku menulis surat ini, kata demi kata tanpa sempat kurangkai indahnya
aku terlalu jauh berfikir, berharap kau lebih dari sekedar membaca
kemudian menjadi sedikit lebih peka tentang hubungan kita
Dalam ketergesaan,
aku mengeja isyarat - isyarat kita, mencerna bilamana ada yang menjadikan jeda
kemudian aku tertawa, bukan karena canda
hanya sedikit kecewa, entah kepada siapa
Dalam ketergesaan,
aku menulis pesan, berharap kau terkesan
dan ternyata ada dia yang jauh lebih dulu membuatmu terheran
Masih dalam ketergesaan,
aku memutuskan untuk berhenti peduli
dan menikmati kopi sendiri
Namun sungguh,
tanpa sebuah ketergesaan,
aku mencintaimu.
Purwokerto, 2012
aku menulis surat ini, kata demi kata tanpa sempat kurangkai indahnya
aku terlalu jauh berfikir, berharap kau lebih dari sekedar membaca
kemudian menjadi sedikit lebih peka tentang hubungan kita
Dalam ketergesaan,
aku mengeja isyarat - isyarat kita, mencerna bilamana ada yang menjadikan jeda
kemudian aku tertawa, bukan karena canda
hanya sedikit kecewa, entah kepada siapa
Dalam ketergesaan,
aku menulis pesan, berharap kau terkesan
dan ternyata ada dia yang jauh lebih dulu membuatmu terheran
Masih dalam ketergesaan,
aku memutuskan untuk berhenti peduli
dan menikmati kopi sendiri
Namun sungguh,
tanpa sebuah ketergesaan,
aku mencintaimu.
Purwokerto, 2012
Rabu, 07 Maret 2012
(tadinya) Puisi Fahri
siapa aku?
aku hanya lumpur hitam yang mendebu
menempel di sandal dan sepatu
siapa aku?
aku hanya lumpur hitam yang mendebu
menempel di sandal dan sepatu
siapa aku?
aku hanya abu yang tersapu
diantara lebam yang membiru
selepas haru yang membaru
seingat tahu yang membatu
diantara lebam yang membiru
selepas haru yang membaru
seingat tahu yang membatu
aku?
menderu didalam kamu yang mencandu
maret, 2012
Jumat, 02 Maret 2012
k a u k a h i t u (?)
kau kah itu cahaya yang kulihat saat aku hilang arah
kau kah itu punggung yang memberitahuku bahwa bersandar rasanya senyaman ini
kau kah itu yang kemudian meredup dan menggelap
kau kah itu punggung yang melangkah menjauh
kau kah itu sungai yang mengalir dipipiku
kau kah itu lengan yang membuktikan selimut setumpuk tak mampu menandingi hangatmu
kau kah itu lengan yang kemudian mengenyahkan aku
kau kah itu tapak tangan yang mengenalkanku kelembutan beludru
kau kah itu tapak tangan yang akhirnya melambai dengan tenang
yang kemudian membuktikan pada akhirnya mampu tanpa aku,
k a u k a h i t u (?)
maret, 2012
kau kah itu punggung yang memberitahuku bahwa bersandar rasanya senyaman ini
kau kah itu yang kemudian meredup dan menggelap
kau kah itu punggung yang melangkah menjauh
kau kah itu sungai yang mengalir dipipiku
kau kah itu lengan yang membuktikan selimut setumpuk tak mampu menandingi hangatmu
kau kah itu lengan yang kemudian mengenyahkan aku
kau kah itu tapak tangan yang mengenalkanku kelembutan beludru
kau kah itu tapak tangan yang akhirnya melambai dengan tenang
yang kemudian membuktikan pada akhirnya mampu tanpa aku,
k a u k a h i t u (?)
maret, 2012
Kamis, 01 Maret 2012
secangkir kopi pagi
secangkir kopi yang api di sebuah pagi
sekabur aku yang tersenyum kaku karenamu
dimana cinta yang dulu kau perjuangkan untukku?
akhirnya hanya akulah yang masih menunggu di ujung jalan
menuntut sebuah pertemuan
pada takdir yang kemudian enggan
bahkan untuk sekedar berdampingan
masih aku yang menyemangatimu untuk jangan menyerah
ya, itu aku yang kini kau anggap sampah
kini aku percaya
kau serupa cahaya
tak tersentuh tak teraba
terlalu nyata menusuk mata
sebagai zat yang tak kupunya
secangkir kopi di sebuah pagi
mengawali nyeri hari ini.
Purwokerto, 2012.
sekabur aku yang tersenyum kaku karenamu
dimana cinta yang dulu kau perjuangkan untukku?
akhirnya hanya akulah yang masih menunggu di ujung jalan
menuntut sebuah pertemuan
pada takdir yang kemudian enggan
bahkan untuk sekedar berdampingan
masih aku yang menyemangatimu untuk jangan menyerah
ya, itu aku yang kini kau anggap sampah
kini aku percaya
kau serupa cahaya
tak tersentuh tak teraba
terlalu nyata menusuk mata
sebagai zat yang tak kupunya
secangkir kopi di sebuah pagi
mengawali nyeri hari ini.
Purwokerto, 2012.
Langganan:
Postingan (Atom)