Love In The Rain

Love In The Rain
...di tempat ini, hujan dinanti setiap hari...

Kamis, 22 Agustus 2013

Puisi WS Rendra - Doa seorang serdadu sebelum berperang


Tuhan ku
wajah Mu membayang di kota terbakar
dan firman Mu terguris di atas ribuan
kuburan yang dangkal
anak menangis kehilangan bapak
tanah sepi kehilangan lelakinya
bukannya benih yang disebar di bumi subur ini
tapi bangkai dan wajah mati yang sia-sia
apabila malam turun nanti
sempurnalah sudah warna dosa
dan mesiu kembali lagi bicara
waktu itu, Tuhan ku
perkenankan aku membunuh
perkenankan aku memasukkan sangkurku
malam dan wajahku adalah satu warna
dosa dan nafasku adalah satu udara
tak ada lagi pilihan
kecuali menyadari biarpun bersama penyesalan
apa yang bisa diucapkan oleh bibirku yang terjajah ?
sementara kulihat kedua tangan Mu yang capai
mendekap bumi yang mengkhianati Mu
Tuhan ku
erat-erat kugenggam senapanku
perkenankan aku membunuh
perkenankan aku menusukkan sangkurku

AKSARA MERDEKA

Setelah sekian lama kita menyusun dan mewarnakan
aksara merdeka,kenapa masih ada lagi
warga tanah bersejarah ini
yang kenal huruf tetapi terlupa maknanya
yang kenal angka tetapi terlupa nilainya
yang kenal bunyi tetapi terlupa nadanya
yang kenal rentak tetapi terlupa geraknya
yang kenal lagu tetapi terlupa iramanya
yang kenal akhir tetapi terlupa awalnya.
Setelah sekian lama kita membaca dan menghafal
aksara merdeka,kenapa masih ada lagi
warga tanah tercinta ini
yang cerah mata tetapi gelap hati
yang cerdik minda tetapi dungu peribadi
yang cantik bahasa tetapi buruk sikap
yang lembut budi tetapi keras lagak
yang merdu suara tetapi sumbang bicara.
Setelah sekian lama kita mencatat dan merakam
aksara merdeka,kenapa masih ada lagi
warga tanah pusaka ini
yang impikan kemajuan tetapi menolak teknologi
yang impikan kemakmuran tetapi membelakangkan ekonomi
yang impikan kesejahteraan tetapi mencetuskan pergolakan
yang impikan kegemilangan tetapi meremehkan wawasan.
Setelah sekian lama kita menganalisis dan mentafsir
aksara merdeka,kenapa masih ada lagi
warga tanah bertuah ini
yang terlepas kaki tetapi terikat tangan
yang terlepas mata tetapi terikat jiwa
yang terlepas fakir tetapi terikat cita-cita.
Setelah sekian lama kita menjulang dan memarbatkan
aksara merdeka,kenapa masih ada lagi
warga tanah bertuah ini
yang kasihkan bangsa tetapi bencikan pemimpin
yang cintakan agama tetapi menyelewengkan fatwa.
Setelah sekian lama menghargai dan menghormati
aksara merdeka,kenapa masih ada lagi
warga tanah berdaulat ini
yang menanam bunga tetapi menabur duri.

-widi

Minggu, 18 Agustus 2013

-Temporarily Broken-

I fall for your normal tone
I wanna take part in your tonight’s dream
This idiocy’s just all over me
Those butterflies won’t stop flying

I am temporarily broken
When it’s clear and bright I’m confused
I am temporarily broken
It does not get me off watching you walk

- Dini Budiayu

Rabu, 14 Agustus 2013

Temu

Tuhan memang maha bercanda
Aku digariskannya bersinggungan dengan mereka yang tak terduga
Mereka yang pada awalnya ku sangkal dengan penuh keangkuhan
Tak ku acuh dengan penuh kesombongan

Seperti sebuah mantra yang dirapal berulang, takdir melingkar jelas di balik setiap cerita yang mengiringi tawa dan luka
Aku kembali berhadapan dengan cermin di masalalu
Membuatku tertawa terbahak dan dengan mudah membaca

Sampai aku tiba di suatu hari 
Di waktu yang belum kita ketahui, di tempat yang tidak kita pahami, di situasi yang tidak kita mengerti, di suasana yang tidak kita kehendaki
Sebuah janji dengan berani berlari melewati segala imaji
dan.. BOOM!
Aku - kamu tak lagi semu

Di balik selimut langit petang tak berbintang
Di bawah sinar bulan selepas senja yang tak jingga
Dengan lengkung pada kedua bibir masing-masing
Perjalanan membawa kita pada sebuah titik temu

...memberi waktu untuk kelak merindu sebelum senja yang jingga berlalu dan berubah menjadi langit abu-abu, sendu.

Purwokerto, 2013
Dua senja tersisa sebelum jingganya berlalu.

Minggu, 11 Agustus 2013

Sepuluh kata, kamu, dan banyak cerita.



Apa Nggak Ada Kalau Aku Ditulis Otakku Jalan Udah Senyum

Segelas kopi dingin. Piring pancake yang sudah kosong separuh. Seulas senyum hangat. Keping hati yang tertinggal separuh, rapuh. 
Ah separuh penuh atau separuh kosong? Mindset.

Aku selalu ingat apa yang kau katakan padaku sore itu; “senyum adalah satu-satunya ibadah yang bisa kau beri tanpa pengorbanan”  sedikit banyak kalimat itulah yang kupegang sebagai apa yang kuyakini, ditulis jelas bukan hanya di otakku tapi juga tertanam jauh di hatiku. Senyum inilah satu-satunya senjata yang kupunyai saat ini, sedalam apapun luka yang kumiliki, sebanyak apapun darah yang kualirkan diam-diam, di dalam sini, tak akan pernah kutunjukan pada sesiapapun orang itu. Ini jalan yang kupilih. Ini jalan yang kusepakati untuk menjadi takdirku. Mungkin pada perjalanannnya nanti aku akan terus berteriak “Udah! Nggak!” aku tahu. Jauh di dalam sini. Aku tidak akan pernah berhenti. Aku tidak akan menyerah. Senyum itu akan selalu ada.

Setengah gelas susu cokelat dingin. Dua potong waffle. Setengah hati yang sama-sama belajar tersenyum dalam kepura-puraan. Dua potong hati yang pernah patah.

Kalau saja salah satu dari kita berani menelan gengsi. 

#11
08.54
Sepuluh kata, kamu, dan banyak cerita.
Breadtoast
Agustus 2013