Love In The Rain

Love In The Rain
...di tempat ini, hujan dinanti setiap hari...

Rabu, 28 November 2012

Universe Didn't Oppose

Universe Didn't Oppose!
Menyenangkan.
Arus sungai itu kamu, membawa aku kemana kamu mau,
anehnya, aku tidak peduli kemana kau akan membawaku
aku hanya mengikuti, menikmati.
Bersamamu, hanya ada hari ini.
Aku tidak mengingat kemarin maupun besok.
Aku belajar mensyukuri hal-hal kecil yang terjadi disekitar
yang biasanya tidak pernah kusadari.
Kamu adalah apa yang aku syukuri di setiap kesederhanaanku.

Entah sejak kapan, merindukanmu menjadi sebuah candu.
Cinta? Entah. Aku tidak mengerti artinya.
Lagipula aku tidak mengurusi hal-hal bodoh dan retoris seperti itu.
Jikapun ini cinta, aku hanya ingin ini menjadi cinta monyet.
Kenapa?
Cinta orang dewasa itu rumit.
Dan sungguh diatas segala kerumitan, aku begitu mencintai kesederhanaan.

Mari menyayangi dengan sederhana.
Hanya ada aku kamu.
Tidak ada cinta agama orang tua batas,
hanya ada kita.
Mereka? mereka tidak benar-benar tahu, mereka hanya pura-pura merasa tahu.
Ah aku juga benci kepura-puraan. Kamu juga kan?
Sudahlah, akhiri omong kosong ini.
Persetan dengan dunia (dan) mereka.

...jika bahagia bersamamu merupakan sebuah kesalahan, maka biarkan semesta yang membenarkan...

Hujan, 27 November 2012.
Kepada pemilik nama dalam paragraf pertama, 
terimakasih untuk tetap menulis takdir bersamaku tanpa rasa takut.

Yang Terkuatpun Berhak untuk Berdarah

Tangis membahasa, teriak membahana, luka menjadi raja raja.
Tidak lagi aku menahan segala.
Tidak lagi sembunyi dibalik tawa.
Luka tidak pernah menjadi sebuah pilihan,
ia adalah konsekwensi dari segala apa yang telah dipilih sebelumnya.

Karena menjadi yang terkuat merupakan sebuah pilihan yang ku buat, maka berdarah dan merasa sakit atas luka yang kau buat adalah segala yang menjadi hakku.

...karena yang terkuatpun, berhak untuk berdarah...

No(lo)vember, 2012.

Minggu, 18 November 2012

Alhamdulillah List

Alhamdulillah List ini urutannya random aja ya?
  1. Alhamdulillah masih dipercaya sehat buat nulis Alhamdulillah list ini.
  2. Alhamdulillah udah dikasih obat yang manis sama Tuhan, semoga lekas sembuh!
  3. Alhamdulillah udah bisa nyelesein beberapa cerpen walaupun pembacanya belum seberapa.
  4. Alhamdulillah keluarga sehat dan masih bisa cerewetin aku. ^^
  5. Alhamduillah punya temen-temen yang selalu dukung apapun yang aku lakuin dan terima aku apa adanya tanpa pernah mengurui.
  6. Alhamdulillah masih diijinin ngelakuin semua yang aku suka dan dikasih kebebasan yang bertanggung jawab.
  7. Alhamdulillah wishlist taun kemaren tercapai lebih dari sebagian.
  8. Alhamduillah punya Tuhan dan semesta yang super keren, yang udah mempertemukan aku dengan potongan puzzle ku dengan cara dan jalan yang istimewa. :)
Alhamdulillah
Alhamdulillah
Alhamdulillah
Semoga Alhamdulillah list ini hanya akan berhenti di angka 8. 

Figure 8 that is tilted 90 degrees.
Amen. 

Purwokerto.
November, 2012. 

Jumat, 16 November 2012

Musuh dalam Ingatan

"Membenci seseorang itu seperti minum racun sembari berharap musuhmu yang akan mati".


Tak perlu membencinya sebesar itu,
dulu ia pernah menjadi yang enggan kau lalu, menjadi yang kau mau.
Aku bukan tidak percaya padamu
hanya saja waktu terus menerus memberitahuku
agar aku tetap terjaga, dan tak terbunuh masalalu
Apakah dia masih begitu berarti untukmu hingga masih saja kau luangkan sudut hatimu untuk membencinya begitu?


Adakah dia yang masih kau simpan dalam kotak pandora?
yang kau enggan hadirnya, namun tetap kau kenang sebagai yang paling melukakan.
Aku tidak ingin menjadi obat bagimu, yang menyembuhkan lukamu, kemudian kau tinggalkan saat luka itu kering.
Dia lah sebenar-benarnya obat yang akan menyembuhkanmu.
Biarkan dia menyembuhkan luka yang ia buat sendiri,
Sedangkan disini aku, menunggu kau sembuh dan mencintai lagi dari awal.
Karena setelah sembuh, kau tak memerlukan obat itu.
Karena setelah sembuh, kau hanya membutuhkan seseorang yang mau merawat dan menerima bekas luka yang kau punya.
Karena setelah sembuh, kau hanya membutuhkan aku.

Dalam keterbatasan bahasa,
diatas semua cinta yang pernah kau curah untuknya
aku memilih diam diantara.

Kini, demi segala yang pernah terjadi,
Bencilah!
Benci dia sebesar yang kau mau.
sebesar kau mencintainya dulu.
sebesar kau membenci dirimu.
sebesar kebencian itu sendiri.
Biarkan benci meracunimu dan mengurangi jumlah oksigen dalam parumu.

Pada akhirnya aku akan memelukmu dan berbisik,
maafkan dirimu, sudah sepantasnya kau melupakan yang melukakan.


"Jika masih dia yang membuat hujan turun dari matamu
Biarkan aku menumbuhkan pelangi mesti dengan nadiku.."

Purwokerto,
November, 2012.