Love In The Rain

Love In The Rain
...di tempat ini, hujan dinanti setiap hari...

Kamis, 28 Juni 2012

Bulan Ke Enam

Kubenci bulan Juni dengan lebih hati-hati.
Sengaja kuberikan sekaligus dua hati
Agar tidak lagi didalamnya aku membunyikan pedih,
menyembunyikan sedih.
Aku mengabaikan angka enam pada kalender bulan,
Aku mengabaikan angka dua puluh enam pada tetes hujan.
kemudian, pada akhir bulan, aku akan melupakannya pelan-pelan.

Selasa, 26 Juni 2012

KARMA

Aku tahu, tidak perlu balas dendam.
Karena saat mendendam, aku seperti minum racun sembari berharap musuhku yang akan mati.
Aku tidak akan melakukan hal bodoh itu.
Aku akan duduk saja disini,
Melihatmu berlari pergi, tersengal, terjatuh, terseok, hingga tertinggal.
ya, kau ditinggalkan oleh dia yang kau tunggalkan kala kau tanggalkan aku dari mimpimu.
Semua terjadi secara perlahan memang.
Dan Tuhan memang baik hati, aku dibiarkannya menonton disini, ditengah hidupku yang monoton.
Demi Tuhan yang maha tunggal dan baik hati.
Aku bernyanyi, menari, dengan muka berseri.
Disini menyambut kembali matahari pagi, dengan gagah meski sendiri.
dan sesuai janji-Nya,
semua terjadi begitu saja, dengan sendirinya.
Nikmati dosamu keparat!

convo

Pencil : You know, Im really sorry.

Eraser : For what? You didn't do anything wrong.

Pencil : Im sorry cause you get hurt because of me. Whenever I make a mistake, you're always there to erase it. But as you make my mistake vanish, you lost a part of yourself. Everytime.

Eraser : Thats true, but I dont mind it. You see, I was made to do this. I was made to help you whenever you do something wrong. Eventhough, one of these days, I know that I will be gone and you will replace me with a new one. Im actually happy with our relation. Dont be sad, I'll be there.

Jumat, 15 Juni 2012

amarah yang menuliskan dirinya.

aku kemarahan dan keramahan yang terendap dalam kata yang tertata
aku emosi yang sarat dengan luka serta cinta yang berkhianat
aku dosa yang tak mengenal pengampunan
aku jerit jerat tangisan semesta pada apa yang nyata
di dalam bayangan seorang pria yang mengepung angan menjebak kenangan
memeluk luka sedekat lengan
aku wujud nyata dari segala kehilangan
masih kepada cinta yang keparat
mengikat udara dengan sangat erat, menjadikan nafas berat tersendat
mungkin lebih mudah untuk sekedar menjadi mayat
ketimbang memiliki raga yang jiwanya melarat
aku resiko dari segala yang pernah
titik tolak dari semua yang indah
seberang kutub imaji tentang kita

dan diatas segalanya, atas nama segala kemunafikkan dan omong kosong,
akulah musuh yang paling nyata.